Data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 sebesar 5,12% menuai beragam reaksi, bahkan beberapa ekonom meragukan validitas angka tersebut. Menanggapi hal ini, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memberikan pernyataan tegas.
Menurutnya, keraguan tersebut menunjukkan kurangnya pemahaman mendalam tentang mekanisme perhitungan ekonomi. Ia meyakinkan publik bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) tidak melakukan manipulasi data. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi yang signifikan adalah laju pertumbuhan uang beredar yang pesat, yang secara langsung mendongkrak konsumsi rumah tangga.
"Jika ada yang meragukan angka 5,12%, perlu dilihat lebih jauh ke belakang. Pertumbuhan uang pada triwulan II sangat signifikan, dan inilah yang memicu belanja konsumen tumbuh dengan kuat," jelasnya dalam konferensi pers.
Menkeu menambahkan bahwa seluruh sektor usaha mencatatkan pertumbuhan positif pada periode tersebut. Sektor Jasa Lainnya memimpin dengan pertumbuhan 11,31%, didorong oleh peningkatan perjalanan wisata seiring dengan hari besar keagamaan dan cuti bersama. Sektor Jasa Perusahaan, Transportasi & Pergudangan, serta Penyediaan Akomodasi & Makan Minum juga mencatat pertumbuhan signifikan masing-masing sebesar 9,31%, 8,52%, dan 8,04%.
Dari sisi pengeluaran, hampir semua komponen menunjukkan pertumbuhan, kecuali konsumsi pemerintah yang mengalami kontraksi sebesar 0,33%. Komponen Ekspor Barang dan Jasa menjadi penyumbang pertumbuhan tertinggi dengan 10,67%, diikuti oleh Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 7,82%, dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 6,99%.
Konsumsi Rumah Tangga, sebagai kontributor terbesar terhadap ekonomi, tumbuh 4,97%. Sementara itu, Impor Barang dan Jasa, yang berfungsi sebagai faktor pengurang dalam PDB, tumbuh sebesar 11,65%.
"Kondisi ini mencerminkan ketahanan ekonomi domestik, yang didukung oleh konsumsi rumah tangga yang kuat, peningkatan investasi, dan kinerja ekspor yang solid," pungkas Menkeu. Pernyataan ini diharapkan dapat meredakan keraguan dan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang dinamika ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025.