Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Barat terus berupaya menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan menyebarkan nyamuk ber-Wolbachia. Langkah ini diimplementasikan di lingkungan Kantor Walikota Jakarta Barat serta beberapa wilayah di Kecamatan Kembangan.
Acara peluncuran penyebaran nyamuk Wolbachia dilaksanakan di Walkot Farm, area hijau yang terletak di depan kantor walikota. Walikota Jakarta Barat, Uus Kuswanto, secara simbolis menyerahkan ember berisi bibit nyamuk Wolbachia kepada perwakilan dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan (PJLP) kantor walikota, yang berperan sebagai orang tua asuh. Ember-ember tersebut kemudian ditempatkan di pepohonan di sekitar Walkot Farm.
Menurut Uus Kuswanto, pemilihan Kecamatan Kembangan sebagai lokasi penyebaran Wolbachia didasari data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang menunjukkan wilayah ini memiliki angka kasus DBD yang cukup tinggi. Sebelumnya, penyebaran nyamuk Wolbachia juga telah dilakukan di Kembangan Utara sekitar enam bulan yang lalu. Uus berharap, upaya ini dapat menjawab kekhawatiran masyarakat dan menunjukkan penurunan kasus DBD di Jakarta Barat, terutama di wilayah percontohan.
Sebanyak 13 ember berisi nyamuk ber-Wolbachia disebar di berbagai lokasi strategis di lingkungan kantor walikota, termasuk Walkot Farm, Masjid Assahara, Taman Kerukunan, lapangan upacara, dan pos-pos keamanan.
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Erizon Safari, menjelaskan bahwa penyebaran nyamuk ber-Wolbachia di lingkungan kantor walikota bertujuan untuk meyakinkan masyarakat akan keamanan metode ini. Dengan dilakukannya di pusat pemerintahan, diharapkan warga tidak perlu khawatir dan menyadari bahwa program ini dijalankan secara merata tanpa diskriminasi.
Setiap ember berisi sekitar 200-600 telur nyamuk Wolbachia. Erizon menjelaskan bahwa telur-telur ini diharapkan menetas dalam waktu dua minggu dan nyamuk dewasa yang dihasilkan akan berinteraksi dengan nyamuk lokal, melakukan perkawinan. Pihaknya juga akan melakukan evaluasi dan penggantian telur setiap dua minggu, serta evaluasi menyeluruh setelah enam bulan. Evaluasi sebelumnya di Kembangan Utara menunjukkan bahwa target 60 persen belum tercapai, sehingga program akan dilanjutkan hingga target tersebut terpenuhi.