Rupiah Kembali Tertekan, Sentuh Level Terendah Sejak April

Nilai tukar rupiah harus rela melemah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (23/9/2025). Mata uang Garuda ini terpantau terdepresiasi 0,36% dan berada di level Rp16.660 per dolar AS. Pelemahan ini menandai penurunan rupiah selama empat hari berturut-turut, mencapai titik terlemahnya sejak April 2025.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) justru menguat tipis 0,05% ke level 97,388 pada pukul 15.00 WIB. Penguatan DXY ini melanjutkan tren positif sejak The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga pada pekan lalu.

Kombinasi penguatan dolar AS dan faktor domestik, yaitu pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI), menjadi penyebab utama tekanan terhadap rupiah. Pasar saat ini tengah menunggu petunjuk lebih lanjut dari Ketua The Fed, Jerome Powell, terkait arah kebijakan suku bunga ke depan. Investor menantikan sinyal seberapa besar dan seberapa cepat pemangkasan suku bunga akan dilakukan di masa mendatang.

Walaupun harapan pemangkasan suku bunga yang agresif dianggap kurang baik bagi dolar, banyak analis berpendapat bahwa Powell kemungkinan besar akan tetap berhati-hati dan bergantung pada data ekonomi yang ada. Kondisi ini membuat dolar AS kembali perkasa di pasar global, yang berimbas pada tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh sentimen dalam negeri akibat serangkaian pemangkasan suku bunga acuan tahun ini. Meskipun demikian, ia tetap yakin bahwa tren rupiah akan stabil dalam jangka menengah, didukung oleh imbal hasil aset keuangan yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek ekonomi nasional yang solid.

BI terus berupaya menstabilkan nilai rupiah melalui intervensi di pasar valuta asing dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Scroll to Top