Kehadiran Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menandai kembalinya Indonesia ke forum diplomasi multilateral. Hal ini disampaikan oleh Dino Patti Djalal, mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat.
Menurut Dino, langkah ini merupakan momen membanggakan setelah kurang lebih satu dekade pemimpin tertinggi Indonesia absen dari forum Sidang Majelis Umum PBB. "Pesan krusial yang disampaikan melalui pidato presiden kepada dunia adalah Indonesia kembali dalam diplomasi multilateral," ujarnya.
Dino menyoroti bahwa selama 10 tahun terakhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia tidak hadir secara fisik di Sidang Majelis Umum PBB. Absennya kehadiran fisik ini, menurutnya, menimbulkan kesan bahwa Indonesia enggan memanfaatkan panggung internasional untuk berkontribusi dalam perubahan geopolitik global.
"Penting untuk dicatat bahwa selama 11 tahun terakhir, ketidakhadiran fisik Presiden Joko Widodo dalam sidang majelis umum PBB telah menciptakan persepsi bahwa Indonesia seolah menjauhi diplomasi multilateral. Meskipun realitasnya mungkin berbeda, persepsi tersebut tetap ada," imbuhnya.
Dino juga memberikan apresiasi atas pesan tegas yang disampaikan Prabowo terkait penguatan PBB dalam Sidang Majelis Umum. Sebagai mantan penulis pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Dino mengaku bangga dengan penyampaian Prabowo.
Prabowo Subianto mendapat kesempatan berpidato pada urutan ke-3 dalam Sidang Majelis Umum ke-80 PBB di Markas PBB, New York, Amerika Serikat. Dalam pidatonya, Kepala Negara mengangkat sejumlah isu penting, terutama tentang perdamaian dunia dan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina.
Selama menyampaikan pidatonya, Prabowo terlihat bersemangat, bahkan beberapa kali menghentakkan tangannya ke meja mimbar. Pidatonya juga mendapat sambutan hangat dari para petinggi dan delegasi negara lain, termasuk standing ovation di akhir pidato.