Iran baru saja menerima pasokan jet tempur MiG-29 dan sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia, sebuah langkah signifikan untuk memperkuat kemampuan militernya. Langkah ini diambil setelah konfrontasi selama 12 hari dengan Israel pada bulan Juni lalu, yang menyoroti celah dalam pertahanan udara Teheran.
Menurut seorang anggota Komite Keamanan Nasional Parlemen Iran, pengiriman MiG-29 ini adalah solusi sementara sambil menunggu kedatangan jet tempur Su-35 yang lebih canggih dari Rusia. Kehadiran sistem-sistem ini diharapkan dapat memberikan efek jera yang kuat bagi musuh Iran.
Peristiwa di bulan Juni lalu mengungkap kelemahan dalam Angkatan Udara Iran dan sistem pertahanannya. Serangan Israel menargetkan lokasi nuklir dan militer Iran, sehingga memperjelas kebutuhan mendesak untuk pembaruan dan modernisasi.
Selain jet tempur, Iran juga dilaporkan telah menerima sistem pertahanan udara HQ-9 dari China dan sejumlah besar sistem S-400 dari Rusia.
Iran telah lama berupaya untuk memodernisasi Angkatan Udara-nya, yang sebagian besar masih mengandalkan jet tempur buatan Amerika Serikat yang dibeli sebelum revolusi 1979. Kerentanan Iran terungkap ketika serangan Israel menghancurkan sistem pertahanan udara S-300 yang dipasok Rusia, yang sebelumnya menjadi andalan pertahanannya.
Sebagai upaya mandiri, Iran juga telah mengembangkan sistem pertahanan udara dalam negeri, termasuk sistem rudal jarak jauh Bavar-373, Khordad, Sayyad, Arman, dan S-200 Ghareh.
Di sisi diplomasi, Iran melihat peningkatan kemampuan militernya sebagai alat untuk memperkuat posisinya dalam negosiasi internasional. Akuisisi sistem-sistem baru ini dipandang sebagai "kartu kemenangan" di tengah potensi penerapan kembali sanksi PBB terhadap Iran.
Laporan juga menyebutkan bahwa Iran telah memulai pembangunan kembali situs-situs rudal yang menjadi sasaran serangan Israel di bulan Juni lalu.