Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, kembali menegaskan posisi negaranya terkait program nuklir dalam pidatonya di Sidang Umum PBB ke-80 di New York. Ia menyatakan dengan tegas bahwa Iran tidak pernah, dan tidak akan pernah, memproduksi senjata nuklir.
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan, menyusul serangan militer oleh Israel dan AS yang menargetkan fasilitas nuklir Iran. Iran juga dituduh melanggar kesepakatan nuklir 2015, yang berpotensi memicu sanksi dari negara-negara Eropa.
Pezeshkian menuding Israel sebagai pihak yang mengganggu stabilitas kawasan, namun Iran yang justru menghadapi hukuman. Ia merujuk pada fatwa Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei yang melarang pengembangan senjata nuklir. Selain itu, intelijen AS juga belum menemukan bukti bahwa Iran telah memutuskan untuk membangun senjata nuklir.
Kendati demikian, Israel, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa tetap skeptis terhadap kemajuan teknologi nuklir Iran. Mereka khawatir Iran dapat dengan cepat mengembangkan bom nuklir jika memiliki niat.
Inggris, Prancis, dan Jerman tengah berupaya menerapkan kembali sanksi PBB yang sebelumnya ditangguhkan berdasarkan kesepakatan nuklir 2015 atau JCPOA yang kemudian dibatalkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump.
Pezeshkian mengkritik Eropa atas kurangnya itikad baik, dengan menyatakan bahwa ketidakkooperatifan Iran adalah akibat penarikan diri AS dari JCPOA. Ia menilai Eropa secara keliru menampilkan diri sebagai pihak yang memiliki reputasi baik dalam perjanjian tersebut, dan meremehkan upaya Iran.
Dalam pidatonya, Pezeshkian juga menampilkan foto-foto korban dalam kampanye militer Israel terhadap Iran, yang menurut Teheran telah menewaskan lebih dari seribu orang. Ia mengecam serangan udara Israel dan AS terhadap kota-kota dan infrastruktur Iran sebagai pengkhianatan terhadap diplomasi.