Presiden AS Donald Trump meradang akibat serangkaian gangguan yang terjadi saat kehadirannya di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Ia menduga adanya sabotase dan memerintahkan investigasi.
Kejadian bermula saat Trump tiba di gedung PBB untuk menyampaikan pidato di Sidang Umum. Eskalator mendadak berhenti, memaksa Trump dan rombongan berjalan kaki. Tak hanya itu, teleprompter yang seharusnya menayangkan teks pidato juga tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, Trump berpidato tanpa teks yang telah disiapkan dan melampaui durasi waktu yang ditentukan.
Dua hari setelah kejadian, Trump kembali menyinggung soal gangguan eskalator, teleprompter, dan sistem suara yang rusak. Ia bahkan menyebutnya sebagai "sabotase rangkap tiga" dan menuding ada pihak yang sengaja melakukan tindakan tersebut.
Melalui platform media sosialnya, Trump mengungkapkan kemarahannya dan menyebut insiden tersebut sebagai sesuatu yang memalukan bagi PBB. Ia pun mengirimkan surat kepada Sekretaris Jenderal PBB dan menuntut penyelidikan segera. Trump menyayangkan PBB belum mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Trump menganggap penghentian eskalator bisa berakibat fatal. Ia bersyukur dirinya dan sang istri tidak terjatuh. Ia juga mengeluhkan teleprompter yang mati selama 15 menit pertama, serta suara di auditorium yang mengalami masalah.
Untuk mengusut tuntas dugaan sabotase ini, Trump meminta rekaman keamanan eskalator disimpan dan melibatkan Secret Service atau Dinas Rahasia. Ia berharap dengan keterlibatan Secret Service, kasus ini dapat terungkap dengan jelas.