Mangrove Finch, spesies burung unik dari Kepulauan Galapagos, kini berada di ambang kepunahan. Burung kecil ini, dengan nama ilmiah Camarhynchus heliobates, hanya memiliki populasi antara 60 hingga 140 ekor di alam liar. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai burung yang memprihatinkan ini.
Penampilan Si Burung Mungil
Mangrove Finch dewasa memiliki ukuran sekitar 14 sentimeter dan berat 18 gram. Jantan dewasa memiliki bulu punggung berwarna cokelat keabu-abuan dengan sedikit bercak, sementara sayap dan ekornya berwarna cokelat. Bagian bawah tubuhnya berwarna putih dengan bercak abu-abu. Paruhnya cukup panjang dan berwarna hitam saat musim kawin. Betina memiliki penampilan serupa dengan jantan, namun paruhnya berwarna oranye kusam dengan ujung lebih gelap. Burung muda mirip dengan betina.
Habitat yang Terbatas
Sesuai namanya, Mangrove Finch hidup di hutan bakau Kepulauan Galapagos. Mereka lebih menyukai bersarang di pohon api-api hitam. Namun, kematian massal pohon api-api hitam sejak 2019, ditambah dengan perubahan pola curah hujan yang mempengaruhi jumlah betina yang siap kawin, semakin memperburuk kondisi mereka.
Menu Makan Si Mangrove Finch
Makanan utama Mangrove Finch adalah artropoda, seperti serangga, larva, dan laba-laba. Mereka sangat gemar memakan kumbang. Untuk melengkapi nutrisi mereka, burung ini sesekali memakan buah-buahan dan bagian tumbuhan lain jika tersedia. Mereka mencari makan di kayu mati dan serasah daun, menggunakan paruhnya untuk mengupas kulit kayu.
Ancaman yang Membayangi
Banyak tantangan yang dihadapi Mangrove Finch di alam liar, mulai dari kedatangan hewan invasif hingga penyakit. Tikus hitam sering memangsa telur dan anak burung, menyebabkan banyak sarang gagal. Kucing liar, burung pemangsa, dan semut api juga menjadi ancaman. Anak burung juga harus menghadapi parasit pengisap darah bernama Philornis downsi.
Selain itu, Mangrove Finch rentan terhadap penyakit baru seperti avian pox karena tidak memiliki kekebalan alami. Populasi mereka yang sangat sedikit juga meningkatkan risiko perkawinan silang dengan spesies lain.
Musim Kawin Saat Hujan Tiba
Musim kawin Mangrove Finch terjadi dari Desember hingga Januari, saat musim hujan. Pada saat itu, jantan mulai membangun sarang berbentuk bulat dengan pintu masuk di samping bagian atas. Sarang terbuat dari berbagai material seperti rumput kering, lumut, dan lumut kerak. Mereka biasanya menempatkannya di pohon api-api hitam. Betina bertelur sebanyak empat butir dan mengeraminya sendirian selama 12 hari. Setelah menetas, anak burung akan meninggalkan sarang 10-15 hari kemudian.
Status Konservasi yang Mengkhawatirkan
Mangrove Finch memiliki vokalisasi bernada tinggi yang terdengar seperti ‘zeeeee’ dan ‘zzzzz-tuu’. Nyanyian mereka terdengar menyenangkan ‘chi-priip-chi-priip-chi-priip’ dan ‘ch-wee-ch-wee-ch-wee’. Sayangnya, populasi mereka berada di ambang kepunahan. Berdasarkan data dari IUCN, Mangrove Finch telah diklasifikasikan sebagai critically endangered sejak tahun 2012 hingga 2021. Upaya konservasi yang berkelanjutan sangat penting untuk menyelamatkan spesies unik ini dari kepunahan.