Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, menyampaikan pidato penting di Sidang Majelis Umum PBB, menekankan penolakan tegas terhadap peran politik Hamas di masa depan. Abbas juga menyerukan dukungan global bagi pembentukan negara Palestina yang merdeka.
Dalam pidatonya yang disampaikan melalui video karena penolakan visa oleh Amerika Serikat, Abbas dengan jelas menggarisbawahi posisinya terkait isu-isu sensitif yang menjadi perhatian utama Israel dan AS.
"Hamas tidak akan memiliki tempat dalam pemerintahan. Semua faksi, termasuk Hamas, harus menyerahkan senjata mereka kepada Otoritas Nasional Palestina," tegas Abbas, yang disambut dengan tepuk tangan dari para delegasi.
Abbas juga secara eksplisit menjauhkan diri dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang disebutnya sebagai serangan paling mematikan yang pernah terjadi terhadap Israel. Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut tidak mencerminkan rakyat Palestina atau perjuangan mereka untuk kebebasan.
Lebih lanjut, Abbas menolak keras tuduhan yang menyamakan solidaritas terhadap Palestina dengan antisemitisme. Ia menyatakan bahwa kedua hal tersebut bertentangan dengan nilai dan prinsip yang dianut oleh rakyat Palestina.
Dalam pidatonya, Abbas menggambarkan serangan Israel di Gaza selama hampir dua tahun sebagai tragedi kemanusiaan yang mengerikan, menyamakannya dengan Holocaust.
Sebagai solusi, ia mengusulkan pembentukan komite sementara yang dipimpin oleh Otoritas Palestina untuk mengelola Gaza, wilayah yang telah dikuasai oleh Hamas sejak tahun 2007.
Pidato Abbas ini disampaikan beberapa hari setelah KTT khusus yang dipimpin Prancis, di mana sejumlah negara Barat yang telah mengakui Palestina secara resmi hadir.