Ajang Indonesia Motorcycle Show (IMOS) 2025 menjadi saksi kehadiran PT Astra Honda Motor (AHM) yang memboyong motor bebek legendaris, Supra GTR. Langkah ini cukup menarik mengingat motor bebek jarang tampil di pameran otomotif, memunculkan pertanyaan tentang keberlangsungan peminatnya.
"Kami ingin menampilkan seluruh lini produk Honda. Pengunjung bisa merasakan pengalaman berkendara yang lengkap, mulai dari motor penjelajah, bergaya, trendi, hingga motor untuk kebutuhan sehari-hari. Semuanya kami hadirkan," ungkap Direktur Pemasaran PT AHM, Octavianus Dwi, di sela-sela IMOS 2025 yang berlangsung di ICE BSD City, Tangerang.
Booth Honda menempati Hall 9-10, menampilkan berbagai zona tematik seperti Fashion, Urban, Big Scooter, Racing, Explorer, Lifestyle, hingga EV Zone. Kehadiran Supra 150 GTR menambah warna tersendiri, mengingatkan kembali kejayaan motor bebek Honda di Indonesia sebelum era skutik merajalela.
Octa mengakui bahwa pasar motor bebek memang tidak sebesar dulu, namun tetap memiliki ceruk tersendiri, menyumbang sekitar 5% dari total pasar otomotif roda dua di Indonesia.
"Pasarnya tetap ada, meskipun tidak akan tumbuh signifikan. Secara nasional, kontribusinya sekitar 5%, tetapi angkanya bisa berbeda di setiap daerah. Di luar Jawa, permintaannya masih cukup tinggi," jelas Octa.
Berdasarkan data penjualan domestik periode Januari hingga Agustus 2025, tercatat sebanyak 4.269.718 unit motor telah didistribusikan. Dengan pangsa pasar 5%, maka sekitar 213 ribu unit motor bebek telah terjual secara nasional.
Meskipun pernah menjadi primadona, popularitas motor bebek terus tergerus oleh dominasi skuter matic. Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan penurunan pangsa pasar motor bebek dalam satu dekade terakhir: 2013 (22,8%), 2014 (18,7%), 2015 (13,2%), 2016 (10,1%), 2017 (8,4%), 2018 (7,9%), 2019 (7,1%), 2020 (6%), 2021 (6,3%), 2022 (6,2%), dan 2023 (5,08%). Sayangnya, AISI tidak lagi merinci persentase berdasarkan model.