Tragedi Keracunan Makan Bergizi Gratis: Polri Turun Tangan, BGN Minta Maaf

Gelombang keracunan massal menimpa ribuan siswa setelah mengonsumsi program Makan Bergizi Gratis (MBG), memicu respons cepat dari berbagai pihak. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menginstruksikan jajarannya untuk segera melakukan investigasi mendalam terhadap kasus ini.

"Polri terjun langsung ke lapangan untuk mendalami kasus ini secara menyeluruh," tegas Jenderal Sigit di Jakarta (26/9/2025), menjanjikan informasi perkembangan investigasi secara berkala.

Tim penyidik dari Bareskrim Polri telah mengunjungi sejumlah dapur Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) di berbagai daerah. Tujuan utama adalah memastikan kualitas bahan baku yang digunakan dalam program MBG, mulai dari proses awal hingga penyajian akhir.

"Kami fokus pada keamanan pangan yang disajikan, dari hulu sampai hilir," jelas Dirtipideksus Bareskrim Polri Brigjen Helfi Assegaf, menekankan bahwa hasil pengecekan akan menjadi rekomendasi bagi pemerintah dan penyelenggara MBG.

Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S. Deyang, menyampaikan permohonan maaf yang mendalam kepada masyarakat atas insiden keracunan MBG. Dengan suara bergetar, Nanik mewakili BGN dan seluruh SPPG di Indonesia, mengakui kesalahan yang terjadi.

"Saya mohon maaf atas nama BGN, atas nama seluruh SPPG di Indonesia," ucap Nanik di Kantor BGN, Jakarta Pusat, dengan mata berkaca-kaca.

Nanik mengungkapkan kesedihannya melihat video anak-anak yang harus dilarikan ke puskesmas akibat keracunan. Ia menekankan bahwa tujuan awal MBG adalah mulia, yaitu memenuhi kebutuhan gizi anak-anak agar menjadi generasi emas.

"Niat kami adalah membantu anak-anak terpenuhi gizinya," imbuhnya.

BGN berjanji akan bertanggung jawab penuh atas kasus keracunan ini, memastikan kejadian serupa tidak akan terulang.

BGN mengakui kelalaian dalam insiden ini, dengan 80% kasus keracunan disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap standard operating procedure (SOP). Mereka akan menanggung seluruh biaya pengobatan korban keracunan, termasuk orang tua yang mungkin terdampak.

"Kami bertanggung jawab penuh atas semua kesalahan, dan membiayai semuanya," tegas Nanik.

Anggota Komisi IX DPR RI, Irma Suryani Chaniago, menyoroti pentingnya profesionalisme SPPG, termasuk fasilitas penyimpanan pangan yang memadai dan penyesuaian jam produksi.

"Memasak makanan di atas jam 03.00 pagi agar makanan tetap segar saat dikonsumsi siang hari," sarannya, menyoroti potensi basi akibat jam masak yang terlalu awal.

Scroll to Top