Mengapa Konsumsi Ikan Hiu Kontroversial: Antara Tradisi, Kesehatan, dan Ekosistem Laut

Kasus keracunan massal yang diduga disebabkan oleh ikan hiu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kalimantan Barat baru-baru ini kembali memicu perdebatan mengenai konsumsi ikan hiu. Meskipun memiliki sejarah panjang dalam kuliner Indonesia, konsumsi hiu menyimpan sejumlah risiko dan dampak negatif yang perlu dipertimbangkan.

Hiu dalam Sejarah Kuliner Indonesia

Di masa lalu, hidangan hiu dianggap sebagai simbol kemakmuran dan meningkatkan prestise, terutama di kalangan raja-raja. Hal ini disebabkan oleh sulitnya mendapatkan hiu, menjadikannya hidangan eksklusif yang tidak tersedia di pasaran umum. Mitos ini terus berlanjut hingga sekarang, di mana konsumsi hiu masih dianggap sebagai representasi kemakmuran.

Risiko Kesehatan Akibat Merkuri

Selain mitos yang menyertainya, konsumsi daging dan sirip hiu berpotensi membahayakan kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa daging hiu mengandung kadar merkuri yang tinggi, yang dapat mempengaruhi kadar zat tersebut dalam darah manusia. Tingginya kadar merkuri dalam daging hiu perlu disosialisasikan kepada masyarakat, disertai dengan program peningkatan kesadaran akan efek buruknya bagi kesehatan.

Dampak konsumsi merkuri dari daging hiu bervariasi tergantung pada kadar dan reaksi tubuh. Dalam kadar rendah, gejalanya mungkin berupa mual, muntah, dan pusing. Namun, konsumsi daging hiu bermerkuri dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf dan penyakit kardiovaskular.

Peran Hiu dalam Ekosistem Laut

Lebih dari sekadar risiko kesehatan, konsumsi hiu juga berdampak negatif pada ekosistem laut. Hiu merupakan pemangsa puncak dalam rantai makanan, yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Kehadiran hiu memastikan tidak ada populasi yang berkembang pesat atau bahkan punah.

Hiu juga menjaga kualitas lingkungan laut, memastikan ketersediaan makanan, sinar matahari, oksigen, dan faktor pendukung kehidupan lainnya bagi seluruh komponen dalam rantai makanan. Hilangnya hiu atau predator puncak lainnya menandakan ketidakseimbangan ekosistem, yang dapat menyebabkan laut kehilangan keanekaragaman hayati dan pesonanya. Akibatnya, sektor pariwisata dan perekonomian masyarakat sekitar juga akan terpengaruh.

Kuliner Ikan Hiu di Indonesia

Meskipun berisiko, beberapa kuliner Indonesia masih menggunakan hiu sebagai bahan utama. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Bagar Hiu: Olahan dari Bengkulu dengan rempah-rempah kaya rasa dan kuah kental.
  2. Hiu Goreng: Hidangan dari Kepulauan Riau berupa fillet hiu yang digoreng renyah.
  3. Hiu Asap Kalakan: Kuliner khas Pacitan, Jawa Timur, dengan daging hiu yang diasapi.
  4. Hiu Panggang: Hidangan dari Siantar, Sumatra Utara, dengan hiu yang dipanggang di atas arang.
  5. Sup Sirip Hiu: Masakan Tionghoa yang membutuhkan waktu masak lama untuk menghasilkan sup kaya kolagen.

Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan risiko konsumsi hiu dan status beberapa jenis hiu sebagai hewan yang dilindungi, konsumsi olahan hiu semakin terbatas. Hal ini menunjukkan adanya perubahan positif dalam pola konsumsi masyarakat yang lebih peduli terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan.

Scroll to Top