Serangan Israel di Gaza Meningkat: Puluhan Warga Palestina Tewas, Krisis Kemanusiaan Memburuk

GAZA – Intensitas serangan militer Israel di Gaza terus meningkat, menyebabkan puluhan warga Palestina menjadi korban jiwa. Serangan terbaru ini terjadi bersamaan dengan pidato Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Majelis Umum PBB, yang menegaskan tekadnya untuk "menyelesaikan tugas" melawan Hamas.

Sumber medis di Gaza melaporkan sedikitnya 60 warga Palestina tewas akibat bombardir yang terjadi pada Jumat (26/9/2025). Kota Gaza menjadi pusat serangan, dengan sedikitnya 30 orang tewas akibat peningkatan operasi darat Israel sejak 16 September.

Serangan menghantam berbagai lokasi, termasuk Jalan al-Wehda, kamp Shati, permukiman Nassr, dan Remal. Serangan di Remal terjadi tanpa peringatan, memaksa warga sipil mencari korban selamat di antara reruntuhan bangunan.

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, menyatakan kekhawatirannya atas meningkatnya pemboman Israel, dengan serangan udara terjadi setiap delapan hingga sembilan menit selama 24 jam terakhir, berdampak dahsyat bagi warga sipil.

Selain itu, 13 warga Palestina lainnya tewas saat berusaha mendapatkan bantuan dari lokasi yang dikelola GHF, sebuah organisasi yang didukung Israel dan Amerika Serikat.

Pidato Netanyahu di PBB menuai kecaman luas, dengan banyak delegasi meninggalkan ruangan sebagai bentuk protes atas kekejaman Israel di Gaza. Netanyahu mengklaim pidatonya disiarkan ke seluruh Gaza, namun klaim ini dibantah oleh warga Palestina di lapangan.

Di tengah pertempuran yang berkecamuk, Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa kesepakatan untuk mengakhiri perang dan membebaskan sandera hampir tercapai, meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Di bagian lain Gaza, seorang remaja berusia 17 tahun meninggal dunia akibat kelaparan dan kurangnya perawatan di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa. Kematian ini menyoroti krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza, dengan ratusan kematian terkait malnutrisi tercatat, sebagian besar adalah anak-anak.

Organisasi amal Doctors Without Borders (MSF) terpaksa menangguhkan pekerjaan medis yang menyelamatkan nyawa di Kota Gaza karena risiko yang tidak dapat diterima akibat tank dan serangan udara Israel di dekat klinik mereka. Klinik mereka dikepung oleh pasukan Israel, sementara ratusan ribu warga Palestina masih terjebak di Kota Gaza, dan rumah sakit kewalahan.

Kepala kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, menyoroti hambatan dalam penyaluran bantuan dari otoritas Israel, yang memperparah kondisi mengerikan di Gaza, di mana banyak warga Palestina menderita kelaparan.

Scroll to Top