Jakarta – Gelombang baru kebijakan perdagangan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menghantam pasar global. Setelah mengumumkan rencana penerapan tarif resiprokal pada April lalu, kini Trump secara resmi memberlakukan tarif impor untuk berbagai produk, termasuk mebel, yang akan mulai berlaku pada 1 Oktober.
Kebijakan ini tentu menjadi pukulan telak bagi industri mebel Indonesia, yang tengah berjuang untuk mempertahankan posisinya di pasar dunia. Trump mengenakan tarif sebesar 50% untuk lemari dapur, meja rias kamar mandi, dan produk terkait. Selain itu, furnitur berlapis kain juga akan dikenakan tarif 30%.
Langkah ini diambil Trump dengan alasan melindungi industri manufaktur dalam negeri AS dari serbuan produk asing. Data menunjukkan bahwa impor, terutama dari Asia, mendominasi pasar furnitur AS, mencapai 60% dari total penjualan pada tahun 2022.
Bagaimana Dampaknya bagi Indonesia?
Ekspor mebel Indonesia mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Data Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mencatat penurunan dari US$ 2,5 miliar pada 2022 menjadi US$ 1,9 miliar pada 2023. Penurunan ini menjadi alarm bagi industri yang dulunya berjaya.
Ketergantungan pada bahan baku kayu, yang mencapai 52,62% dari total ekspor, menjadi tantangan tersendiri. Semakin ketatnya regulasi lingkungan dan berkurangnya pasokan kayu berkualitas menuntut industri untuk mencari alternatif.
Rotan dan bambu, yang potensinya sangat besar di Indonesia, masih belum dimanfaatkan secara optimal. Furnitur rotan hanya menyumbang 9,74% dari total ekspor, sementara furnitur bambu sangat minim, hanya 0,07%. Padahal, Indonesia adalah salah satu produsen rotan terbesar di dunia.
Masalah lainnya adalah ketergantungan ekspor pada Amerika Serikat, yang mencapai 53,6% pada periode Januari-November 2024. Kebijakan tarif Trump ini tentu akan makin memperburuk kondisi.
Saatnya Transformasi
Untuk bangkit dari keterpurukan, industri mebel Indonesia perlu melakukan transformasi yang mendalam.
- Keberlanjutan Bahan Baku: Pengelolaan hutan yang bertanggung jawab dan pengembangan bahan baku alternatif seperti rotan dan bambu harus menjadi prioritas.
- Inovasi Desain dan Teknologi: Industri perlu berinvestasi dalam inovasi desain dan teknologi untuk menciptakan produk yang relevan dengan tren pasar global.
- Diversifikasi Pasar Ekspor: Indonesia perlu memperluas jangkauan ekspor ke negara-negara lain untuk mengurangi ketergantungan pada satu pasar.
Dengan langkah-langkah strategis ini, industri mebel Indonesia memiliki peluang untuk kembali bersinar di pasar global. Namun, tanpa aksi nyata, kebijakan tarif Trump bisa menjadi pukulan telak yang sulit dihindari.