Potensi Distopia: Belajar dari Eksperimen Populasi dan Tantangan Dunia Modern

Dunia kita sedang menghadapi pertumbuhan populasi yang signifikan. Data terbaru dari PBB menunjukkan bahwa populasi global saat ini mencapai 8,2 miliar jiwa dan diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai puncaknya sekitar 10,3 miliar pada pertengahan 2080-an. Pertumbuhan ini memunculkan pertanyaan penting tentang bagaimana kita sebagai masyarakat akan mengelola sumber daya dan menjaga stabilitas sosial.

Eksperimen "utopia tikus" yang dilakukan oleh John Bumpass Calhoun menjadi studi kasus yang menarik. Calhoun menciptakan lingkungan ideal bagi tikus dengan sumber daya tak terbatas dan tanpa predator. Awalnya, populasi tikus berkembang pesat. Namun, ketika kepadatan populasi mencapai titik tertentu, perilaku sosial tikus mulai mengalami kemunduran. Agresivitas meningkat, tingkat reproduksi menurun, dan banyak induk betina mengabaikan anak-anaknya. Konflik antar individu juga semakin sering terjadi, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan populasi secara drastis.

Dalam eksperimen Universe 25, Calhoun menemukan pola yang sama. Meskipun lingkungan dirancang untuk memenuhi semua kebutuhan dasar tikus, kepadatan populasi yang tinggi memicu perilaku destruktif. Tikus-tikus menjadi menarik diri dari interaksi sosial, menolak perkawinan dan perawatan anak, serta menunjukkan tingkat agresi yang tinggi. Akibatnya, populasi tikus mengalami penurunan dan bahkan kepunahan.

Calhoun menyebut fenomena ini sebagai "behavioral sink," sebuah kondisi di mana struktur sosial runtuh akibat kepadatan populasi yang berlebihan dan gangguan pada interaksi sosial. Meskipun Calhoun tidak mengklaim bahwa behavioral sink akan selalu terjadi dalam situasi kepadatan tinggi, ia memperingatkan bahwa hal itu mungkin terjadi ketika interaksi sosial terganggu, struktur ruang tidak memadai, dan mekanisme pengaturan sosial hilang. Calhoun mengusulkan bahwa hasil eksperimennya dapat menjadi metafora bagi masyarakat manusia, di mana kepadatan populasi yang berlebihan dan gangguan pada ruang sosial dapat memicu kerusakan sosial seperti isolasi, konflik, dan penurunan kohesi sosial.

Kondisi ini menuntut kita untuk berpikir lebih dalam tentang tantangan yang kita hadapi. Data terkait emisi karbon yang terus meningkat juga menjadi pengingat bahwa kita perlu bertindak secara kolektif untuk menjaga keberlanjutan planet ini. Peristiwa-peristiwa tak terduga seperti pandemi COVID-19 dan konflik global juga menunjukkan betapa pentingnya kita untuk terus belajar, mengantisipasi, dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di sekitar kita.

Temuan Calhoun menegaskan bahwa utopia dapat berubah menjadi distopia. Oleh karena itu, kita perlu melibatkan berbagai pihak, termasuk akademisi, pembuat kebijakan, dan masyarakat umum, untuk berdiskusi dan mencari solusi inovatif dalam menghadapi tantangan populasi, lingkungan, dan sosial yang kompleks ini.

Scroll to Top