Harga emas menunjukkan sinyal positif dan diperkirakan akan terus mengalami kenaikan signifikan. Setelah penutupan perdagangan yang menggembirakan di level US$ 3.761,15 per troy ounce, para analis memproyeksikan emas akan melampaui angka US$ 3.800 dalam waktu dekat.
Bahkan, seorang pengamat ekonomi optimis bahwa harga emas dunia dapat melonjak hingga mencapai US$ 3.850 per troy ounce pada semester kedua tahun 2025. Ini setara dengan harga logam mulia sekitar Rp 2.300.000 per gram.
Faktor-faktor Pendorong Kenaikan Harga Emas:
Kenaikan harga emas ini didorong oleh beberapa faktor utama, antara lain:
- Data Ekonomi Amerika Serikat: Laporan mengenai indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) bulan Agustus menunjukkan inflasi yang sesuai harapan. Meskipun terjadi kenaikan harga, data pendapatan pribadi dan belanja konsumen tumbuh melampaui ekspektasi.
- Ketegangan Perang Dagang: Penetapan tarif impor baru oleh AS untuk berbagai produk mulai 1 Oktober memperpanjang ketidakpastian dalam perdagangan global. Kebijakan ini dilihat sebagai kelanjutan dari perang dagang yang telah berlangsung.
- Krisis Geopolitik: Serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia telah mengganggu pasokan bahan bakar. Rusia bahkan memberlakukan larangan sebagian ekspor solar hingga akhir tahun. Ketegangan ini, ditambah peringatan dari NATO, meningkatkan risiko sanksi tambahan terhadap industri minyak Rusia.
Dilema Suku Bunga The Fed:
Perbedaan pandangan di antara para pejabat Federal Reserve (The Fed) mengenai kebijakan suku bunga juga turut mempengaruhi pasar. Sebagian pejabat cenderung dovish dan mendukung pemangkasan suku bunga lebih lanjut, sementara yang lain bersikap hawkish dan mengkhawatirkan risiko inflasi.
Meskipun demikian, pasar tetap berharap akan adanya penurunan suku bunga lagi dalam waktu dekat. Kombinasi dari faktor-faktor ini menjadikan emas sebagai aset yang menarik di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global.