Pemerintah Amerika Serikat dikabarkan tengah serius mempertimbangkan permintaan Ukraina terkait pasokan rudal jarak jauh Tomahawk. Langkah ini diambil di tengah konflik berkepanjangan dengan Rusia yang dimulai sejak tahun 2022.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, secara langsung meminta AS untuk menjual rudal Tomahawk kepada negara-negara Eropa, yang kemudian akan menyalurkannya ke Ukraina. Wakil Presiden AS, JD Vance, mengonfirmasi bahwa permintaan ini sedang dievaluasi.
Vance menegaskan bahwa keputusan akhir mengenai persetujuan kesepakatan ini akan berada di tangan Presiden Donald Trump. "Kami tentu saja sedang mempertimbangkan sejumlah permintaan dari negara-negara Eropa," ujarnya.
Rudal Tomahawk, dengan daya jangkau hingga 2.500 kilometer, dinilai akan menjadi aset penting bagi Ukraina dalam menghadapi gempuran rudal dan drone Rusia yang berkelanjutan. Namun, pengiriman senjata strategis ini hampir pasti akan dipandang oleh Rusia sebagai bentuk eskalasi dalam perang yang tengah berlangsung.
Presiden Trump sebelumnya menolak permintaan serupa, namun perubahan sikap terjadi setelah merasa frustrasi dengan kurangnya kemajuan dalam upaya mencapai kesepakatan damai dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dalam kesempatan yang sama, Vance menyampaikan bahwa invasi Rusia ke Ukraina cenderung mengalami stagnasi, dengan sedikit keuntungan teritorial yang berhasil diraih belakangan ini.
"Kami secara aktif mengupayakan perdamaian sejak awal pemerintahan, tetapi Rusia harus menyadari dan menerima kenyataan. Banyak orang yang sekarat. Mereka tidak mendapatkan banyak hasil," pungkasnya. Potensi pasokan rudal Tomahawk dari AS ke Ukraina berpotensi mengubah dinamika konflik dan meningkatkan ketegangan antara AS dan Rusia.