Jerman sedang menghadapi masalah kesehatan masyarakat yang serius: lonjakan kasus sifilis yang signifikan selama 20 tahun terakhir. Data terbaru dari lembaga kesehatan masyarakat setempat mengungkapkan peningkatan infeksi yang mengkhawatirkan, menandai tren yang terus meningkat dan memerlukan tindakan serius dari pemerintah dan masyarakat.
Angka infeksi sifilis telah melonjak hingga 460% sejak tahun 2001. Awal milenium mencatat 1.697 kasus, sementara pada tahun 2024, jumlahnya membengkak menjadi 9.519 kasus. Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum ini menunjukkan lonjakan kasus tertinggi di kalangan komunitas LGBTQ, khususnya pria homoseksual.
Wabah di kalangan pria gay telah menjadi penyebab utama peningkatan kasus sejak akhir 1990-an. Sekitar tiga perempat dari total kasus yang dilaporkan di Jerman terkait dengan komunitas ini. Data demografis menunjukkan kesenjangan yang jelas, di mana perempuan hanya menyumbang sekitar 7,6% dari total kasus infeksi. Usia rata-rata pasien yang terdiagnosis sifilis adalah sekitar 41 tahun.
Risiko infeksi ulang juga menjadi masalah yang berkelanjutan di antara populasi yang terinfeksi, yang semakin mempersulit upaya pengendalian. Penyebaran infeksi sifilis sangat terkonsentrasi di pusat-pusat kota besar, seperti Berlin, Hamburg, Cologne, Frankfurt, dan Munich.
Masalah ini diperumit oleh adanya koinfeksi. Data menunjukkan bahwa hingga setengah dari pasien di komunitas LGBTQ yang didiagnosis sifilis juga positif HIV. Koinfeksi dengan Hepatitis C juga sering terjadi, menambah beban kesehatan pada individu yang terinfeksi dan menuntut pendekatan pengobatan yang lebih komprehensif.
Peningkatan penggunaan media sosial dan aplikasi kencan dianggap sebagai salah satu faktor pendorong penyebaran infeksi menular seksual ini. Platform digital ini memfasilitasi peningkatan jumlah pasangan seksual, yang pada gilirannya meningkatkan risiko penularan penyakit seperti sifilis.