SURABAYA – Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) diwarnai kericuhan, dengan dua kandidat, Mardiono dan Agus Suparmanto, sama-sama mengklaim kemenangan sebagai ketua umum. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan umat Islam Indonesia, termasuk para tokoh Eksponen Fusi 1973 yang menyatakan kesiapannya untuk turun tangan menyelamatkan partai berlambang Kakbah tersebut.
Menurut Ketua Umum Parmusi, Prof Husnan Bey Fananie, kemelut Muktamar PPP hanya bisa diatasi dengan menghidupkan kembali semangat awal pendirian partai, yaitu fusi politik Islam tahun 1973 yang melibatkan Parmusi, NU, Perti, dan SI. "Kembali kepada para pemangku kepentingan, yaitu empat partai pendiri PPP, adalah kunci," ujarnya.
Ketua Umum Perti, Anwar Sanusi, menambahkan bahwa PPP dilahirkan dari tekad untuk menyatukan kekuatan politik umat Islam yang sebelumnya terpecah. Semangat persatuan ini seharusnya menjadi landasan utama, bukan malah terpecah belah karena ambisi pribadi atau kepentingan politik sesaat.
Imam Cokroaminoto dari pengurus Sarekat Islam menegaskan bahwa jalan keluar dari konflik adalah kembali ke nilai-nilai yang diusung oleh eksponen fusi. "Kita harus memperkuat persatuan, integritas, dan komitmen perjuangan partai," tegasnya.
Irene Rusli Halil, putri pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), menyampaikan keprihatinannya atas Muktamar X PPP yang dianggap telah mengecewakan para muktamirin. "Para muktamirin ini telah dirugikan," katanya.
Eksponen Fusi 1973 sepakat untuk menjadi mediator, menjembatani kedua belah pihak guna mencari solusi terbaik yang bermanfaat bagi semua. "Kami, empat Fusi 73, siap menjadi jembatan," ungkap Husnan Bey.
Cendekiawan Muslim, Prof TB Masa Djafar, berpendapat bahwa penyelesaian konflik PPP tidak bisa ditempuh melalui transaksi politik atau kompromi kekuasaan pragmatis. Kader harus kembali ke akar sejarah partai agar PPP tetap relevan sebagai partai politik Islam yang membela kepentingan rakyat dan umat.
"Jika PPP ingin bangkit, kita semua harus mengingat pesan Fusi 1973: umat Islam harus bersatu, tidak boleh terpecah. Jangan sampai PPP kehilangan semangat itu hanya karena kursi ketua umum," pungkasnya.