Harga emas saat ini mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh ketegangan geopolitik, perang dagang, dan kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menjadi penyebab utama kenaikan harga emas. Bahkan, harga emas Antam telah mencapai Rp 2.198.000 per gram. Apakah tren kenaikan ini akan terus berlanjut atau justru akan terjadi koreksi?
Para pengamat ekonomi meyakini harga emas akan terus merangkak naik, terutama dipengaruhi oleh pergerakan harga emas dunia yang diprediksi semakin menguat. Dua faktor utama yang mendorong penguatan ini adalah kondisi ekonomi Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik yang berkepanjangan.
Dari sisi ekonomi AS, perang dagang, rencana penurunan suku bunga The Fed, dan melemahnya pasar tenaga kerja menjadi faktor pendorong utama. Sementara itu, konflik bersenjata di Timur Tengah dan Eropa menambah ketidakpastian global.
Diprediksi harga emas dunia dapat mencapai US$ 3.850 per troy ons hingga akhir tahun 2025. Dengan demikian, harga emas di Indonesia diperkirakan akan naik di atas Rp 2.300.000 per gram.
Selain faktor global, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga turut memicu kenaikan harga emas di Indonesia. Saat harga emas dunia naik dan rupiah melemah secara bersamaan, harga emas domestik akan mengalami kenaikan yang signifikan.
Ekonom lainnya juga memproyeksikan harga emas global akan terus meningkat hingga akhir tahun ini, yang akan berdampak pada kenaikan harga emas domestik seperti Antam.
Namun, diperkirakan sulit bagi harga emas untuk mencapai Rp 2.400.000 per gram. Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, sehingga dapat menekan kenaikan harga emas.
Secara keseluruhan, para ahli sepakat bahwa harga emas akan terus mengalami kenaikan dalam jangka waktu dekat, meskipun intervensi dari Bank Indonesia dapat memoderasi laju kenaikan tersebut.