Obesitas bukan sekadar masalah berat badan, melainkan awal dari berbagai penyakit metabolik yang dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. Kondisi ini menjadi fondasi bagi munculnya gangguan kesehatan yang lebih serius.
Jika diabetes sering disebut sebagai "ibu dari segala penyakit," maka obesitas adalah bahan mentahnya. Obesitas menciptakan kondisi yang memicu masalah pada berbagai organ tubuh.
Mayoritas pasien obesitas mengalami masalah metabolik seperti diabetes. Hal ini meningkatkan risiko penyakit jantung dan ginjal. Obesitas juga memicu dislipidemia (peningkatan plak kolesterol) dan hipertensi, yang sering disebut sindroma metabolik. Oleh karena itu, penting bagi penderita obesitas untuk memantau kadar gula darah, tekanan darah, dan kolesterol.
Dampak obesitas meluas hingga masalah pernapasan, seperti apnea tidur obstruktif yang ditandai dengan mengorok atau kesulitan bernapas saat tidur. Masalah umum lainnya termasuk nyeri sendi, badan terasa berat, dan napas berat.
Pada wanita, obesitas dapat menyebabkan sindrom polikistik ovarium (PCOS) dan masalah hormonal. Pada pria, kadar testosteron dapat menurun.
Selain fisik, obesitas juga mempengaruhi kesehatan mental. Perasaan kurangnya dukungan atau pengucilan sosial dapat memicu depresi. Ironisnya, obat-obatan untuk mengatasi depresi sering kali menyebabkan kenaikan berat badan, memperburuk masalah obesitas.
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis agar mendapatkan penanganan yang tepat. Dokter akan mempertimbangkan indeks massa tubuh (IMT/BMI) untuk menentukan pendekatan terbaik. Jika IMT masih dalam kategori rendah (18-22,9), perubahan gaya hidup seperti olahraga dan pengaturan diet biasanya cukup.
Namun, jika IMT tinggi (di atas 25), penggunaan obat-obatan penurun berat badan atau operasi bariatrik dapat dipertimbangkan. Selain IMT, komplikasi yang sudah ada juga menjadi pertimbangan dalam menentukan pengobatan yang lebih terarah.
Sebagai contoh, pasien obesitas yang juga menderita diabetes memerlukan penanganan yang lebih agresif. Tidak hanya perubahan gaya hidup, tetapi juga pemberian obat-obatan (farmakoterapi) atau bahkan tindakan pembedahan dalam kasus ekstrem.
Penanganan obesitas bersifat individual dan tidak bisa disamakan dengan orang lain. Keberhasilan menurunkan angka obesitas di Indonesia diharapkan dapat menurunkan angka kematian akibat penyakit metabolik dan meringankan beban kesehatan negara.