Diabetes melitus tipe 1, kondisi di mana pankreas gagal memproduksi insulin yang cukup, semakin sering ditemui pada anak-anak. Insulin sangat penting karena membantu gula darah masuk ke sel tubuh untuk menghasilkan energi. Kekurangan insulin menyebabkan penumpukan gula darah, yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius.
Meskipun bisa menyerang semua usia, diabetes tipe 1 lebih umum terdiagnosis pada masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa muda. Kerusakan pada "pabrik" insulin ini mengharuskan penderita untuk bergantung pada suntikan insulin seumur hidup.
Gejala yang patut diwaspadai meliputi peningkatan rasa lapar dan haus, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, serta kadar gula darah yang tinggi. Dalam kasus yang parah, kondisi ketoasidosis diabetikum (DKA) dapat terjadi, ditandai dengan mual, muntah, penurunan kesadaran, dan sesak napas.
Deteksi dini menjadi kunci untuk mencegah komplikasi. Jika anak menunjukkan gejala-gejala tersebut, segera periksakan kadar gula darahnya. Kadar gula darah di atas 200 mg/dL memerlukan perhatian medis segera.
Data terbaru menunjukkan peningkatan signifikan kasus diabetes melitus tipe 1 pada anak di Indonesia. Angka kejadian melonjak dari 3,88 per 100.000 pada tahun 2000 menjadi 28,19 per 100.000 pada tahun 2010. Hingga April 2025, tercatat total 1.948 kasus diabetes melitus tipe 1 pada anak.
Menariknya, 58% kasus terjadi pada anak perempuan, sementara 42% pada anak laki-laki.
Penanggulangan diabetes melitus tipe 1 memerlukan upaya kolaboratif dari pemerintah, tenaga kesehatan, masyarakat, dan keluarga. Ini termasuk meningkatkan kesadaran tentang penyakit ini, melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara teratur, dan mempromosikan gaya hidup sehat. Dengan upaya bersama, diharapkan angka kesakitan dan kematian akibat diabetes melitus tipe 1 dapat ditekan.