Jakarta – Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan bahwa sektor pos dan telekomunikasi lebih dari sekadar urusan teknis. Keduanya adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, dari pengiriman paket hingga akses internet di pelosok desa.
Dalam peringatan Hari Bhakti Postel ke-80, Meutya menyampaikan bahwa setiap paket yang dikirimkan membawa harapan, pesan, dan mencerminkan pola konsumsi masyarakat. Ia menekankan pentingnya kedaulatan di sektor ini agar data tidak disalahgunakan oleh pihak luar.
Meutya menyoroti bahwa layanan pos bukan hanya mengantarkan barang, tetapi juga menghubungkan kehidupan banyak orang. Mulai dari pekerja migran yang mengirimkan uang, pedagang kecil yang berjualan online, hingga siswa di daerah terpencil yang membutuhkan buku pelajaran.
Apresiasi juga diberikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi sehingga Indonesia dipercaya menjadi anggota Council of Administration (CA) dan Postal Operations Council (POC) periode 2025–2029 pada Kongres Universal Postal Union (UPU) ke-28. Meutya mengajak untuk memanfaatkan kesempatan ini dalam ekosistem pos global serta memperkuat industri pos dalam negeri.
Tantangan masih ada, Meutya mengakui masih ada 2.333 desa yang belum terhubung internet, 2.017 desa tanpa layanan 4G, dan 316 desa non-pemukiman yang terisolasi. Ia mengajak semua pihak melanjutkan perjuangan Angkatan Muda Pos, Telegraf, dan Telepon (AMPTT) di tahun 1945.
Meutya menekankan bahwa infrastruktur telekomunikasi adalah jembatan bagi masyarakat untuk belajar, berjualan, bekerja, dan menyampaikan pendapat. Setiap menara, kabel serat optik, dan koneksi internet di desa adalah fondasi menuju pertumbuhan ekonomi 8 persen.
Infrastruktur telekomunikasi yang kuat adalah bagian dari pertahanan nasional dan memberikan kesempatan yang sama bagi anak muda di desa dan kota. Mengusung tema Kolaborasi Percepat Digitalisasi, Meutya mengajak semua pihak mendukung program digitalisasi nasional.
"Hari Bhakti Postel akan selalu menjadi pengingat bahwa masa depan kita bentuk dengan tangan kita sendiri. Pos akan tetap menjadi jantung logistik bagi rakyat, telekomunikasi terus menjadi urat nadi digital bagi bangsa, dan bersama, keduanya, menjadi fondasi kedaulatan Indonesia yang kokoh," pungkas Meutya.