Infrastruktur Iran menjadi target serangan siber skala besar setelah sebuah ledakan dahsyat mengguncang pelabuhan kontainer utama negara itu.
Menurut Kepala Perusahaan Infrastruktur Komunikasi Iran, Behzad Akbari, serangan siber yang masif dan kompleks berhasil dideteksi dan dinetralisir pada Senin (28/4/2025).
Peristiwa ini terjadi bersamaan dengan ledakan di pelabuhan Bandar Abbas dan perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat di Oman.
Meskipun dugaan awal menyebut bahan kimia sebagai pemicu ledakan di pelabuhan terbesar Iran tersebut, penyebab pastinya masih dalam penyelidikan. Kementerian Pertahanan Iran membantah laporan media asing yang menyatakan ledakan disebabkan oleh kesalahan penanganan bahan bakar padat rudal.
Iran kerap menuding Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangkaian serangan siber terhadap negara tersebut. Perdana Menteri Israel, Benjamin, sebelumnya menyatakan perlunya penghancuran total infrastruktur nuklir Iran, bukan hanya menghentikan pengembangan senjata nuklir.
Pada tahun 2021, Iran juga mengalami serangan siber besar yang melumpuhkan stasiun pengisian bahan bakar. Iran kembali menyalahkan Israel atas serangan tersebut. Serangan serupa terjadi lagi pada tahun 2023 dengan skala yang lebih luas, mengganggu operasional 70% stasiun pengisian bahan bakar di seluruh negeri.
Kelompok peretas yang menamakan diri "Predatory Sparrow" mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut sebagai balasan atas "agresi Republik Islam Iran dan sekutunya."