Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kembali menghadapi badai dualisme kepemimpinan usai Muktamar X yang digelar pada 27-28 September 2025. Situasi ini memicu berbagai usulan untuk meredakan konflik, salah satunya adalah ide untuk mengganti logo partai yang ikonik, Ka’bah.
Syaifullah Tamliha, seorang politikus PPP, mengemukakan gagasan tersebut dengan mencontoh langkah yang diambil PDI saat bertransformasi menjadi PDI-Perjuangan. Tamliha, yang juga merupakan inisiator tim penyelamat PPP, berpendapat bahwa perubahan lambang dan nama partai dapat menjadi solusi.
Selain opsi perubahan logo, Muktamar Luar Biasa dan upaya islah juga diusulkan. Namun, Tamliha meragukan efektivitas islah dalam mendamaikan kubu Muhammad Mardiono dan Agus Suparmanto, yang dianggap sebagai penyebab utama perpecahan. Keputusan akhir mengenai langkah yang akan diambil diserahkan kepada kader senior PPP.
Logo Ka’bah sendiri memiliki makna mendalam bagi PPP. Merujuk pada anggaran dasar partai, Ka’bah merupakan simbol pemersatu umat Islam dan representasi arah perjuangan dalam beribadah kepada Allah SWT. Lambang tersebut menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk menegakkan ajaran Islam di berbagai aspek kehidupan.
Muktamar X PPP menghasilkan klaim kemenangan dari dua kubu. Muhammad Mardiono, petahana ketua umum, mengklaim terpilih secara aklamasi. Klaim serupa juga datang dari kubu Agus Suparmanto, mantan Menteri Perdagangan. Kondisi ini semakin memperkeruh suasana internal partai berlambang Ka’bah tersebut.