Perjuangan Wanda Hamidah bersama para aktivis dalam misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla menuju Gaza mengalami kendala serius. Setelah kapal Kaiser yang mereka tumpangi mengalami kerusakan dan terdampar di Portopalo, Italia, Wanda Hamidah harus berpindah kapal ke Nusantara. Ironisnya, saat kapal Nusantara siap berlayar kembali, kapten kapal justru menghilang.
Nasib serupa juga menimpa sejumlah aktivis dan kapal lain dalam rombongan Global Sumud Flotilla. Wanda Hamidah, melalui unggahan video di Instagramnya, membagikan kabar terbarunya bersama 11 aktivis dari enam negara yang masih bertahan di Portopalo, Italia.
"Sudah 31 hari sejak saya meninggalkan Indonesia untuk berlayar ke Gaza. Satu minggu terakhir ini saya berada di kapal Nusantara, kapal terbaik di antara yang lain yang tak bisa melanjutkan perjalanan," ungkap Wanda.
Wanda menyampaikan bahwa meskipun kapal Nusantara siap, ada kendala yang membuat kapal tersebut tidak diizinkan berlayar. Ke-11 aktivis yang berasal dari berbagai negara ini masih berharap kapal dapat melanjutkan misi kemanusiaan mereka.
Dengan berat hati, Wanda Hamidah menerima kemungkinan bahwa perjalanannya ke Gaza harus berakhir di sini. "Mungkin ini akhir dari perjalanan saya berlayar ke Gaza. Saya sangat bersedih, karena keinginan ini sudah bulat, tapi qadarullah, mungkin saya harus kembali ke Indonesia," ujarnya.
Meski demikian, Wanda Hamidah menyerukan kepada masyarakat Indonesia untuk terus memberikan dukungan bagi Palestina dan menggaungkan misi Global Sumud Flotilla dalam membuka blokade Israel terhadap rakyat Palestina.
"Saya akan kembali ke Indonesia untuk mempersiapkan armada yang lebih baik. Insyaallah, kita akan punya kapal sendiri yang lebih hebat, yang bisa kita naiki sendiri. Kita akan punya pejuang-pejuang Indonesia yang sudah muak melihat penjajahan dan kezaliman," tegasnya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan, sekitar 45 kapal Global Sumud Flotilla lainnya terus berlayar di Laut Mediterania dan mulai memasuki zona berisiko tinggi. Muhammad Husein, perwakilan Indonesia yang masih berlayar, mengimbau masyarakat untuk berhati-hati terhadap informasi yang tidak benar dan terus memberikan dukungan doa.
"Ini adalah momen krusial dan mendebarkan karena berpotensi menjadi lokasi penyergapan oleh penjajah," jelas Muhammad Husein.