Penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia atau zoonosis terus menjadi perhatian utama dalam dunia kesehatan. Salah satu yang patut diwaspadai adalah Rift Valley Fever (RVF), penyakit menular yang berasal dari Afrika dan menyerang hewan ternak seperti kambing, sapi, dan unta.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. Mustofa Helmi Effendi, menjelaskan bahwa RVF disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Pada manusia, meskipun seringkali tanpa gejala, RVF berpotensi menyebabkan komplikasi serius seperti gangguan penglihatan, radang otak, dan perdarahan mirip demam berdarah.
Virus RVF pertama kali ditemukan di Lembah Rift, Kenya, dan kini telah menyebar hingga ke Timur Tengah, termasuk Arab Saudi dan Yaman.
Pada hewan, RVF sangat merugikan karena dapat menyebabkan keguguran pada hewan bunting. Pada hewan dewasa, virus ini dapat menyerang organ hati, menyebabkan kerusakan sel (nekrosis), hingga gangguan pernapasan.
Penularan antar hewan terjadi melalui darah, daging, dan cairan tubuh yang terpapar virus dan disebarkan oleh nyamuk. Pada manusia, infeksi umumnya terjadi akibat konsumsi produk hewani yang terkontaminasi virus. Belum ada bukti bahwa RVF menular antar manusia.
Pentingnya pengendalian vektor (nyamuk) sebagai langkah pencegahan, misalnya melalui fogging dan pengurangan genangan air, sangat ditekankan. Selain itu, vaksinasi hewan secara berkala juga diperlukan untuk membentuk kekebalan terhadap virus RVF.
Meskipun belum ditemukan kasus RVF di Indonesia, kewaspadaan tetap penting. Dengan mengenali penyakit ini, diharapkan masyarakat dan pemangku kepentingan dapat memahami serta menerapkan langkah-langkah pencegahan agar kasus serupa tidak muncul di masa depan.