Harga emas global terus mencetak rekor baru, nyaris menembus level US$3.900 per troy ons. Kenaikan ini dipicu oleh ketidakpastian ekonomi yang meningkat, terutama setelah pemerintah Amerika Serikat mengalami shutdown akibat gagalnya kesepakatan pendanaan. Kondisi ini mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman, dan emas menjadi pilihan utama.
Pada perdagangan Rabu (1 September 2025), harga emas dunia melonjak 0,19% ke US$3.865,45 per troy ons, sempat menyentuh US$3.895,09 per troy ons. Hingga hari ini, Kamis (2 Oktober 2025) pukul 06.42 WIB, harga sedikit terkoreksi 0,16% menjadi US$3.859,34 per troy ons. Namun, secara keseluruhan, emas telah mencatat kenaikan hampir 50% sejak awal tahun dan mencetak rekor tertinggi dalam tiga hari berturut-turut.
Shutdown pemerintah AS, yang pertama dalam tujuh tahun terakhir, menambah kekhawatiran pasar. Penundaan publikasi data tenaga kerja AS yang penting juga memperkeruh suasana, terutama menjelang pertemuan The Federal Reserve berikutnya. Ancaman Presiden AS untuk memangkas pegawai federal selama shutdown semakin meningkatkan ketidakpastian.
Di tengah gejolak ini, aset berisiko mengalami penurunan, sementara emas, sebagai aset safe haven, terus menguat. Para analis melihat bahwa kondisi ini merupakan katalisator bagi reli emas yang berkelanjutan.
Mampukah Emas Menembus US$4.000?
Sejumlah ahli strategi meyakini bahwa emas memiliki potensi untuk terus naik. Michael Field dari Morningstar mencatat bahwa kombinasi konflik global, ketidakstabilan politik, dan tarif baru menciptakan lingkungan yang sangat tidak stabil bagi investor. Philippe Gijsels dari BNP Paribas Fortis bahkan telah lama memprediksi emas dapat melampaui US$4.000 per troy ons.
Gijsels menambahkan bahwa kenaikan emas tidak hanya didorong oleh pembelian bank sentral, tetapi juga oleh partisipasi investor yang semakin meningkat. Ia berpendapat bahwa di tengah ketidakpastian dan inflasi global, investor mencari diversifikasi ke aset keras seperti emas. Bahkan, ia meyakini bahwa kenaikan ini baru permulaan dari bull market terkuat dalam sejarah emas.
Senada dengan itu, Joni Teves dari UBS juga melihat bahwa emas masih kurang diminati dan mengharapkan tren bullish emas berlanjut, didorong oleh pelonggaran kebijakan The Fed, pelemahan dolar, dan penurunan suku bunga riil. Meskipun UBS memperkirakan reli akan mereda menjelang akhir tahun 2026, mereka meyakini bahwa koreksi akan terkendali dan harga akan stabil pada level tertinggi sepanjang sejarah dalam jangka panjang.
Selain emas, harga perak juga mengalami kenaikan signifikan. Pada penutupan perdagangan Rabu (1 Oktober 2025), harga perak naik 1,39% menjadi US$47,32 per troy ons, level tertinggi sepanjang tahun. Namun, pada perdagangan hari ini, Kamis (2 Oktober 2025) hingga pukul 06.42 WIB, harga perak sedikit melemah 0,45% menjadi US$47,1 per troy ons.