Kanker serviks masih menjadi momok menakutkan bagi kaum perempuan di Indonesia. Data menunjukkan angka kasus baru dan kematian akibat kanker serviks masih tinggi, meski penyakit ini sebenarnya dapat dicegah dan disembuhkan jika terdeteksi dini. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk mengambil langkah serius dalam mengeliminasi kanker serviks secara nasional.
Pemerintah telah meluncurkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi Kanker Serviks pada tahun 2023. RAN ini menargetkan tiga hal utama: vaksinasi HPV untuk anak perempuan usia 15 tahun, skrining bagi wanita di atas 35 tahun, dan penanganan standar bagi mereka yang terdiagnosis lesi pra-kanker atau kanker invasif. Pemerintah optimis, dengan implementasi RAN yang komprehensif, angka kejadian kanker serviks dapat ditekan dan lebih banyak nyawa perempuan terselamatkan.
Upaya ini tidak hanya berfokus pada aspek medis, tetapi juga promosi kesehatan, pencegahan melalui imunisasi HPV, dan deteksi dini yang semakin digencarkan. Pemerintah juga memperluas jangkauan skrining melalui tes IVA dan HPV DNA ke berbagai daerah.
Tantangan di Lapangan
Meski demikian, implementasi RAN tidaklah mudah. Saat ini, baru 26 kabupaten dari 15 provinsi yang menjadi prioritas pelaksanaan skrining kanker serviks. Akses layanan kesehatan yang terbatas, ketersediaan teknologi yang belum merata, kompetensi tenaga kesehatan, dan hambatan sosial masih menjadi masalah serius.
Kolaborasi dari semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat sipil, menjadi kunci untuk mencapai target cakupan skrining 75% bagi perempuan usia 30-69 tahun pada tahun 2030. Beberapa inisiatif percontohan telah dilakukan, seperti di Jawa Timur, yang menargetkan skrining terhadap ribuan perempuan dengan pendekatan yang mempertimbangkan karakteristik lokal dan melibatkan berbagai aspek penting, mulai dari kesiapan fasilitas kesehatan hingga sistem pencatatan data yang akurat.
Peran Laboratorium Diagnostik
Pentingnya peran tes diagnostik yang andal juga menjadi sorotan. Kualitas pemeriksaan harus dijaga agar hasilnya dapat menjadi dasar pengambilan keputusan medis yang tepat. Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pemeriksaan laboratorium yang terstandarisasi perlu ditingkatkan agar skrining kanker serviks tidak hanya dilakukan secara luas, tetapi juga memberikan hasil yang valid dan berkualitas.
Pendanaan: Tantangan dan Solusi
Selain aspek teknis dan medis, pendanaan juga menjadi tantangan besar. Diversifikasi sumber pembiayaan, melalui kemitraan dengan sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, dan filantropi, menjadi solusi potensial untuk menjangkau kelompok masyarakat yang sulit mengakses layanan kesehatan, terutama di daerah terpencil dan tertinggal.
Keterlibatan berbagai sektor menunjukkan komitmen bersama dalam upaya mengeliminasi kanker serviks. Kolaborasi multipihak yang mencakup peningkatan kapasitas layanan, edukasi masyarakat, serta inovasi dalam pembiayaan sangat diperlukan agar semua perempuan Indonesia dapat mengakses layanan skrining dan pengobatan yang layak.