Nilai tukar rupiah menghadapi tekanan berat belakangan ini, dengan Dolar Amerika Serikat (AS) sempat mendekati level Rp17.000. Perhatian tertuju pada tanggal 9 April 2025, hari kedua perdagangan setelah libur Lebaran.
Pada 9 April 2025, rupiah sempat menyentuh Rp16.950 per Dolar AS dan terus melemah hingga mencapai titik terendahnya di Rp16.970 per Dolar AS. Rata-rata nilai tukar rupiah year-to-date (ytd) berada di Rp16.443, sedikit di atas asumsi dalam APBN sebesar Rp16.000.
Menteri Keuangan menjelaskan bahwa ketidakpastian global meningkat, terutama di pasar keuangan, karena suku bunga acuan AS tidak turun sesuai harapan. Penurunan suku bunga terhambat oleh perkembangan tenaga kerja dan inflasi.
"Bank Sentral AS berhati-hati dalam menurunkan suku bunga, yang menyebabkan aliran modal keluar ke AS dan penguatan indeks dolar," ujarnya.
Situasi diperparah setelah terpilihnya Presiden AS yang menerapkan kebijakan tarif impor agresif terhadap 70 negara mitra dagang, sehingga memicu sentimen negatif di pasar keuangan.
"Pergerakan nilai tukar rupiah di kisaran Rp16.443 hingga Rp16.829 per Dolar AS lebih mencerminkan dinamika global dan tidak sepenuhnya identik dengan kondisi fundamental Indonesia," jelasnya.