Panduan Lengkap MPASI: Kapan Mulai, Tanda Berhasil, dan Tips Mengatasi Alergi

Memulai MPASI (Makanan Pendamping ASI) bukan hanya tentang jenis makanan yang diberikan. Kesiapan bayi, baik secara fisik maupun emosional, serta kondisi kesehatannya secara keseluruhan, adalah faktor kunci yang perlu diperhatikan. Berikut panduan lengkap seputar MPASI yang perlu Anda ketahui:

Mengapa MPASI Idealnya Dimulai pada Usia 6 Bulan?

Memberikan MPASI terlalu dini, sebelum bayi berusia 6 bulan, dapat menimbulkan risiko:

  • Mengurangi Manfaat ASI Eksklusif: ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang tak tergantikan. MPASI dini bisa mengurangi asupan ASI, padahal ASI sangat penting untuk perlindungan bayi.
  • Mengganggu Ikatan Ibu dan Anak: Proses menyusui menciptakan kedekatan emosional yang krusial bagi perkembangan psikologis bayi.
  • Meningkatkan Risiko Alergi: Sistem pencernaan bayi yang belum matang bisa bereaksi negatif terhadap makanan padat.

Bagaimana Mengetahui MPASI Berhasil?

Keberhasilan MPASI bisa dilihat dari beberapa indikator:

  • Kenaikan Berat Badan: Berat badan anak naik sesuai dengan kurva pertumbuhannya.
  • Pola BAB Normal: Tidak ada diare atau sembelit yang parah.
  • Respon Positif Terhadap Makanan: Anak terlihat tertarik, menikmati makanan, dan tidak menolak atau muntah saat makan.

Penting untuk memantau tumbuh kembang anak secara rutin di posyandu. Data perkembangan seperti berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala adalah bukti objektif keberhasilan MPASI.

Frekuensi dan Menu Awal MPASI

MPASI tidak harus langsung tiga kali sehari. Mulailah dengan satu atau dua kali makan berat per hari. Frekuensi bisa ditingkatkan seiring waktu sesuai kemampuan anak.

Fokus pada menu utama yang bergizi lengkap, bukan camilan. Menu utama harus mencakup karbohidrat, protein hewani, sayur, dan lemak. Bubur sumsum atau camilan manis bukanlah prioritas di awal MPASI.

Perubahan BAB Setelah MPASI: Apa yang Perlu Diperhatikan?

Pola BAB bayi bisa berubah setelah MPASI. Feses bisa menjadi lebih padat atau frekuensinya berkurang.

  • Normal: Frekuensi BAB menurun, feses lebih padat, tetapi anak tetap nyaman saat BAB.
  • Perlu Dicurigai: Anak mengejan keras, menangis, atau menunjukkan rasa tidak nyaman saat BAB. Jika anak sembelit, perhatikan asupan cairan, serat, dan sayur.

Mengatasi Kekhawatiran Alergi Makanan

Banyak orang tua khawatir anak mereka alergi terhadap makanan tertentu. Namun, alergi makanan harus dibuktikan secara medis, bukan hanya berdasarkan asumsi.

Sebelum terbukti alergi, makanan tidak boleh dilarang. Jangan sampai anak hanya makan nasi dan tahu karena khawatir berlebihan. Beberapa kasus yang dianggap sebagai alergi makanan bisa saja disebabkan oleh faktor lain, seperti infeksi kulit atau reaksi terhadap minyak telon.

Scroll to Top