Jejak Bima Sakti di Makam Firaun: Lebih dari Sekadar Cahaya di Langit Malam

Bagi sebagian besar orang, Galaksi Bima Sakti mungkin hanya terlihat sebagai seberkas cahaya samar yang menghiasi langit malam. Namun, bagi bangsa Mesir Kuno, galaksi ini menyimpan makna yang jauh lebih dalam, terjalin erat dengan kepercayaan dewa-dewi dan pemahaman mereka tentang alam semesta.

Penelitian terbaru mengungkap peran Bima Sakti dalam budaya dan agama Mesir Kuno, melalui interpretasi gambar-gambar berusia ribuan tahun yang ditemukan di makam-makam kuno.

Nut: Sang Dewi Langit yang Merangkul Bumi

Dalam mitologi Mesir Kuno, Nut, dewi langit, digambarkan sebagai sosok wanita telanjang dengan tubuh melengkung, dihiasi bintang-bintang atau cakram matahari. Nut dipercaya melindungi dunia dan memegang peranan penting dalam siklus matahari. Setiap malam, ia menelan matahari saat terbenam, dan keesokan harinya, ia melahirkan kembali matahari yang baru. Bentuk Nut yang melengkung seakan merepresentasikan cakrawala, pemisah antara dunia langit dan bumi.

Sebuah penemuan menarik muncul: dalam beberapa gambar, Nut digambarkan dengan cara yang berbeda, mengisyaratkan hubungannya dengan Galaksi Bima Sakti.

Lengkungan Bergelombang yang Misterius

Pada peti mati Nesitaudjatakhet, seorang penyanyi pujaan Amun-Re yang hidup sekitar 3.000 tahun lalu, Nut digambarkan dengan lengkungan hitam bergelombang yang membentang dari ujung kaki hingga ujung jari. Bintang-bintang tersebar merata di atas dan di bawah lengkungan tersebut.

Interpretasi yang muncul adalah lengkungan bergelombang ini adalah representasi dari Galaksi Bima Sakti, khususnya bagian yang dikenal sebagai Great Rift, pita gelap debu yang membelah galaksi kita. Kemiripan ini membuka pandangan baru tentang cara bangsa Mesir Kuno memandang alam semesta, terutama kaitannya dengan benda langit.

Jejak di Makam Ramses VI dan Lembah Para Raja

Lengkungan serupa juga ditemukan di makam-makam di Lembah Para Raja, termasuk makam Ramses VI. Di sana, langit-langit ruang pemakaman terbagi menjadi "Buku Siang" dan "Buku Malam," menampilkan Nut dengan lengkungan tebal berwarna emas yang memisahkan dua figur Nut yang terbalik, menggambarkan siklus hari dan malam.

Lengkungan-lengkungan ini, yang jarang ditemukan dalam representasi kosmologi lainnya, semakin memperkuat dugaan adanya hubungan antara Nut dan Galaksi Bima Sakti. Meskipun tidak identik, galaksi ini tampaknya berfungsi sebagai bagian dari tubuh langit yang dihiasi benda-benda langit lainnya.

Hubungan Kosmis Antara Nut dan Bima Sakti

Melalui analisis teks-teks kuno dan simulasi langit malam Mesir Kuno, terungkap bahwa Galaksi Bima Sakti, dengan cahaya dan kekosongannya, mungkin menyoroti peran Nut sebagai dewi langit.

Galaksi ini tidak hanya sekadar objek astronomi, tetapi juga memiliki dimensi religius dan kosmologis dalam pemikiran orang Mesir Kuno. Bima Sakti menjadi simbol kekuatan langit yang melindungi dunia bawah, menjadikan Nut sebagai manifestasi dari langit yang melindungi bumi dari ancaman luar.

Penemuan ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana bangsa Mesir Kuno memandang hubungan antara langit dan dunia mereka. Nut, sebagai dewi langit, tidak hanya berfungsi sebagai pelindung bumi, tetapi juga sebagai representasi keindahan dan misteri alam semesta. Galaksi Bima Sakti, dengan kompleksitasnya, menggambarkan hubungan Mesir dengan alam semesta yang tak terbatas.

Penemuan ini membuktikan bahwa para pemikir dan seniman Mesir Kuno telah merenungkan hubungan antara alam semesta dan kehidupan di bumi jauh sebelum teknologi modern memberi kita pemahaman yang lebih jelas tentang ruang angkasa.

Scroll to Top