Aktivitas manufaktur Indonesia mengalami kemunduran pada April 2025, dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) mencatatkan performa terburuk sejak Agustus 2021. Kondisi ini menandai kontraksi pertama setelah lima bulan ekspansi berturut-turut.
PMI manufaktur Indonesia berada di angka 46,7 pada April 2025, jauh di bawah ambang batas 50 yang memisahkan ekspansi dan kontraksi. Penurunan ini menjadi yang terdalam dalam 3,5 tahun terakhir.
Penurunan tajam dalam volume produksi dan pesanan baru menjadi penyebab utama kontraksi ini. Pelaku industri merespons dengan mengurangi aktivitas pembelian dan jumlah tenaga kerja. Perusahaan juga memilih untuk mengurangi persediaan dengan memanfaatkan stok bahan baku yang ada.
Penguatan dolar AS turut memicu kenaikan harga barang impor, yang kemudian mendorong pelaku usaha untuk menaikkan harga jual demi menjaga margin keuntungan. Rupiah sendiri mengalami penurunan 0,24% pada April 2025, dan telah melemah 3,14% sepanjang tahun ini.
Produksi manufaktur mengalami penurunan terdalam sejak Agustus 2021, sementara pesanan baru juga mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam lima bulan. Permintaan pasar, baik domestik maupun ekspor, melemah. Volume pesanan ekspor baru kembali turun untuk kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir.
Prospek jangka pendek masih belum pasti. Produsen mengalihkan kapasitas untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda akibat minimnya penjualan, mengindikasikan kondisi lesu ini kemungkinan akan berlanjut.
Meskipun demikian, proyeksi untuk satu tahun ke depan masih positif. Perusahaan memperkirakan produksi akan meningkat seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi dan meningkatnya daya beli pelanggan. Namun, ketidakpastian mengenai waktu pemulihan membuat sebagian perusahaan menurunkan ekspektasi mereka.
Penurunan dalam aktivitas pembelian juga menunjukkan tanda-tanda penyesuaian lebih lanjut. Produsen menurunkan persediaan baik sebelum maupun sesudah produksi, seiring dengan penurunan pesanan baru dan output.
Kabar baiknya, berkurangnya tekanan terhadap kapasitas produksi membantu meringankan beban pada pemasok. Untuk pertama kalinya sejak November tahun lalu, terjadi perbaikan dalam waktu pengiriman rata-rata, meskipun hanya sedikit.
PHK Terjadi
Menyusul penurunan permintaan, perusahaan mengurangi jumlah tenaga kerja pada April. Meskipun hanya sedikit, ini merupakan penurunan tenaga kerja pertama dalam lima bulan.
Harga dan Inflasi Biaya Produksi
Inflasi biaya input tercatat naik tajam pada April, didorong oleh penguatan dolar AS yang memicu kenaikan harga bahan baku impor. Perusahaan meresponsnya dengan menaikkan harga jual mereka untuk bulan ketujuh berturut-turut, dan dengan laju tercepat sepanjang tahun 2025 sejauh ini.
Prospek Ke Depan
Pelaku usaha di sektor manufaktur Indonesia tetap optimis bahwa volume produksi akan meningkat dalam satu tahun ke depan. Keyakinan ini didukung oleh harapan akan membaiknya kondisi ekonomi dan terjadinya pemulihan menyeluruh di sektor manufaktur, serta harapan akan turunnya harga bahan baku. Meskipun tetap kuat, tingkat optimisme menurun ke posisi terendah dalam tiga bulan terakhir.