Waspada! Kasus Demam Berdarah di Indonesia Terus Meningkat, Vaksinasi Jadi Kunci?

Sebagai negara tropis, Indonesia menjadi lingkungan ideal bagi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, pembawa virus dengue penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD). Sejak pertama kali terdeteksi pada tahun 1968, kasus DBD di Indonesia terus mengalami peningkatan signifikan.

Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan tren peningkatan angka kejadian (Incidence Rate/IR) kasus DBD dari tahun 1968 hingga 2024. Bahkan, jumlah kabupaten/kota yang melaporkan kasus DBD melonjak dari tahun 2013 hingga 2024, mencapai 488 dari total 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Ini mengindikasikan bahwa hampir seluruh wilayah Indonesia rawan terhadap penyakit ini.

Perubahan karakteristik penularan nyamuk penyebab DBD juga menjadi faktor pemicu peningkatan kasus. Jika dulu nyamuk lebih sering ditemukan saat musim hujan, kini mereka dapat ditemui sepanjang tahun. Akibatnya, seluruh masyarakat Indonesia berisiko terinfeksi DBD, tanpa memandang usia, tempat tinggal, atau gaya hidup.

Infeksi DBD tidak memberikan kekebalan permanen. Seseorang yang pernah sembuh dari DBD masih berpotensi terinfeksi kembali, dan infeksi berikutnya berisiko lebih parah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa infeksi dengue berulang dapat menyebabkan demam berdarah parah, bahkan kematian. Gejala demam berdarah parah meliputi sakit perut hebat, muntah terus-menerus, kesulitan bernapas, gusi atau hidung berdarah, kelelahan, gelisah, adanya darah dalam muntahan atau feses, rasa haus berlebihan, kulit pucat dan dingin, serta merasa lemas.

Mengingat belum ada obat khusus untuk DBD, pencegahan menjadi kunci utama. Vaksinasi dengue menjadi salah satu opsi pencegahan penting. Vaksinasi membantu tubuh membangun pertahanan alami terhadap virus dengue. Saat virus memasuki tubuh melalui gigitan nyamuk, sistem kekebalan tubuh akan merespons dan memutus rantai penularan virus. Namun, perlindungan optimal hanya dapat dicapai dengan vaksinasi sesuai dosis yang dianjurkan dokter.

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, target pemerintah untuk menurunkan IR dengue di bawah 10/100.000 penduduk di 95% kabupaten/kota pada tahun 2024 belum tercapai sepenuhnya. Di Provinsi Bali, misalnya, seluruh kabupaten/kota mencatat IR dengue di atas angka tersebut. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.

Mengingat DBD bukan penyakit musiman dan dapat meningkat kapan saja, terutama dengan perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu, strategi pencegahan inovatif seperti vaksinasi dengue perlu dipertimbangkan.

Selain vaksinasi, masyarakat juga perlu terus menerapkan 3M Plus (menguras, menutup, mengubur/mendaur ulang, dan melakukan tindakan tambahan lain untuk menghindari gigitan nyamuk) secara konsisten, meningkatkan kesadaran tentang DBD, dan mempertimbangkan metode pencegahan inovatif untuk perlindungan yang lebih komprehensif.

Dengan kerjasama dari seluruh pihak, diharapkan ancaman DBD di Indonesia dapat diatasi.

Scroll to Top