Penelitian terbaru mengungkap hubungan mengejutkan antara jenis bakteri Escherichia coli (E. coli) tertentu di usus pada masa kanak-kanak dengan peningkatan risiko kanker kolorektal di usia di bawah 40 tahun. Meskipun banyak jenis E. coli tidak berbahaya, beberapa menghasilkan racun bernama kolibaktin, yang berpotensi merusak DNA manusia.
Studi menemukan bahwa lebih dari separuh kasus kanker kolorektal yang muncul lebih awal menunjukkan mutasi yang disebabkan oleh kolibaktin. Ini mengindikasikan paparan bakteri penghasil kolibaktin pada 10 tahun pertama kehidupan meningkatkan kerentanan terhadap kanker kolorektal di usia dewasa muda.
Kanker kolorektal pada usia muda menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan. Diprediksi menjadi penyebab utama kematian terkait kanker pada dewasa muda pada tahun 2030 jika tren ini berlanjut. Peneliti tengah menyelidiki peran mikrobioma usus dalam perkembangan kanker ini.
Analisis DNA tumor dari pasien kanker kolorektal di berbagai negara mengungkapkan bahwa mutasi DNA terkait kolibaktin 3,3 kali lebih sering terjadi pada kasus yang muncul di usia dini (di bawah 40 tahun) dibandingkan pada mereka yang didiagnosis setelah usia 70 tahun.
Pemicu infeksi E. coli terkait kanker kolorektal belum sepenuhnya dipahami. Namun, beberapa faktor seperti penggunaan antibiotik, pola makan tinggi lemak dan rendah serat, serta konsumsi makanan olahan berlebihan, dapat berperan. Menyusui yang tidak optimal dan kelahiran melalui operasi caesar juga diduga dapat meningkatkan risiko. Kurangnya paparan terhadap lingkungan alami dan kurangnya keragaman mikrobioma usus yang sehat juga bisa menjadi faktor.
Para ahli menekankan bahwa kanker kolorektal adalah penyakit multifaktorial dan penelitian lebih lanjut diperlukan. Mereka menganjurkan untuk mengenali gejala kanker kolorektal sejak dini dan menjalani skrining kolonoskopi secara teratur untuk mendeteksi dan mengangkat potensi kanker jinak sedini mungkin.