DAMASKUS – Militer Israel melancarkan serangan udara ke sejumlah target di Damaskus, berdekatan dengan istana kepresidenan Suriah. Serangan ini diklaim sebagai respons atas meningkatnya kekerasan terhadap komunitas minoritas Druze.
Menurut pernyataan resmi dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF), serangan udara tersebut menyasar area dekat istana Ahmed Hussein al-Sharaa. Al-Sharaa sendiri adalah tokoh yang memimpin koalisi pasukan Islamis yang berhasil menggulingkan Presiden Bashar Assad pada Desember 2024.
Perebutan kekuasaan yang berlangsung cepat di Damaskus dan kota-kota lain di Suriah barat diwarnai dengan kekerasan terhadap kelompok Druze, Kristen, dan pendukung setia Assad.
Laporan menyebutkan bahwa bentrokan meletus di Jaramana dan Sahnaya, wilayah selatan Damaskus, dipicu oleh beredarnya rekaman audio yang berisi kritikan terhadap Nabi Muhammad SAW. Rekaman tersebut dikaitkan dengan seorang tokoh agama Druze, yang membantah keterlibatannya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz dalam pernyataan bersama menegaskan bahwa serangan IDF adalah "pesan yang jelas kepada rezim Suriah." Mereka menyatakan bahwa Israel tidak akan mentolerir kehadiran pasukan di selatan Damaskus atau ancaman apapun terhadap komunitas Druze.
Kantor berita pemerintah Suriah, SANA, melaporkan bahwa ketertiban telah dipulihkan di Sahnaya setelah pengerahan pasukan keamanan. Kementerian Luar Negeri Suriah mengutuk tindakan yang mereka sebut sebagai "upaya untuk menginternasionalisasi situasi" dan berjanji untuk melindungi penduduk Druze.
Druze merupakan kelompok agama minoritas dengan sekitar 3% dari populasi Suriah. Sebagian warga Druze di Suriah selatan dikabarkan meminta perlindungan dari Israel.
IDF telah memasuki Suriah barat daya setelah penggulingan Assad pada Desember lalu, menduduki beberapa kota di sekitar Dataran Tinggi Golan, termasuk Quneitra.