Berlin, Jerman – Suara petani sawit Indonesia bergema di forum internasional, menyuarakan harapan dan tantangan dalam mewujudkan industri sawit berkelanjutan. Dalam pertemuan Forum for Sustainable Palm Oil (FONAP) di Berlin, Sabarudin, Ketua Umum Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), menyampaikan aspirasi petani kecil Indonesia di hadapan para pemangku kepentingan global.
FONAP, sebuah forum yang beranggotakan lebih dari 50 pihak, termasuk perusahaan besar, asosiasi, LSM, serta pemerintah Jerman, telah lama berkomitmen pada praktik minyak sawit berkelanjutan. Bergabungnya SPKS sebagai anggota resmi pada tahun 2024 memberikan dimensi baru pada upaya ini, memungkinkan suara petani sawit kecil untuk didengar dalam skala global.
Sabarudin menekankan bahwa petani mampu menghasilkan sawit berkelanjutan, bebas deforestasi, dan dapat dilacak asal-usulnya. Namun, ia juga menyoroti tantangan terkait skema kredit Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang kurang diminati pasar. Banyak petani telah memperoleh sertifikasi RSPO, tetapi kredit mereka tidak dibeli karena kurangnya ketertelusuran fisik yang diminta pasar, terutama di Eropa. Ia berharap FONAP dapat menjembatani kesenjangan ini dan memastikan bahwa produksi Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) dari petani Indonesia benar-benar dibeli oleh konsumen global.
Menanggapi seruan tersebut, perwakilan RSPO Indonesia menyatakan bahwa pihaknya tengah menguji integrasi petani bersertifikat ke dalam rantai pasok fisik. Contohnya adalah kerjasama antara petani di Aceh Tamiang dengan pabrik bersertifikat RSPO, yang difasilitasi oleh IDH Indonesia. Inisiatif ini menjadi contoh inklusif bagaimana keberlanjutan dapat dicapai bersama.
Kolaborasi ini lebih dari sekadar sertifikasi; ini adalah kemitraan jangka panjang yang adil. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas petani swadaya dan memberi mereka akses ke perdagangan sawit fisik yang tertelusur.
Diskusi ini menegaskan keyakinan bahwa masa depan sawit berkelanjutan harus melibatkan semua pihak, terutama petani kecil. Dengan kolaborasi dan komitmen dari FONAP serta mitra global lainnya, harapan untuk industri sawit berkelanjutan yang adil dan inklusif semakin nyata.