Mengenal Lebih Dekat Komunitas Druze: Keyakinan, Sejarah, dan Pengaruhnya di Timur Tengah

Serangan udara Israel di dekat istana kepresidenan Suriah baru-baru ini menjadi sorotan, diklaim sebagai pesan tegas terhadap pemerintahan Suriah akibat kegagalan melindungi komunitas Druze. Siapakah sebenarnya orang-orang Druze ini dan mengapa mereka begitu penting dalam dinamika politik Timur Tengah?

Druze adalah kelompok agama yang unik, berakar dari kepercayaan Islam Syiah Ismailiyah sejak abad ke-11. Mereka sering menyebut diri mereka sebagai Muwaḥḥidūn (orang-orang yang mengesakan Tuhan). Komunitas ini tersebar di berbagai negara seperti Yordania, Lebanon, Suriah, dan Israel, terutama di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

Kepercayaan Druze sangat tertutup, menggabungkan unsur-unsur filsafat, Yunani, Gnostik, Hindu, dan esoterik. Ajaran mereka berasal dari kitab suci Rasa’il Al Hikma (Risalah Hikmah), yang hanya boleh dibaca oleh anggota Druze yang dianggap "bijak" (uqqal). Sebagian besar penganut Druze disebut juhhal, yang tidak mengetahui detail ajaran agama mereka.

Sekte Druze tidak menerima mualaf, dan anggotanya tidak bisa berpindah agama. Seorang Druze harus lahir dari keluarga Druze.

Selain keyakinan yang khas, orang-orang Druze memiliki pandangan politik yang beragam. Di Yordania, Lebanon, dan Suriah, mereka secara terbuka mendukung perjuangan Palestina. Sementara di Israel, mereka memiliki hubungan yang lebih baik, bahkan mendukung negara tersebut.

Populasi Druze di Israel diperkirakan sekitar 150.000 jiwa. Banyak dari mereka yang menjadi sekutu pemerintah Israel dan bertugas di militer.

Komunitas Druze memainkan peran penting dalam politik negara mereka, terutama di Lebanon, tempat pemimpin Druze Walid Jumblatt memiliki pengaruh besar selama puluhan tahun.

Di Suriah, banyak orang Druze yang menentang pemerintahan Bashar Al Assad dan mendukung pemerintahan baru Ahmed Al Sharaa. Kelompok Druze juga memiliki milisi bersenjata yang kuat dengan puluhan ribu pasukan.

Milisi Druze secara efektif menguasai provinsi Sweida di barat daya Damaskus, yang merupakan jantung wilayah Druze dan memiliki posisi strategis karena berbatasan dengan Yordania dan dekat dengan Israel.

Sweida juga menjadi salah satu area bentrokan antara milisi di Suriah dan milisi Druze.

Banyak warga Druze juga tinggal di kota-kota pinggiran Damaskus. Kekerasan baru-baru ini di Jaramana dan Sahnaya dipicu oleh rekaman suara yang diduga berisi hinaan terhadap Nabi Muhammad oleh seorang tokoh agama Druze.

Pemerintah Israel memiliki hubungan dekat dengan komunitas Druze di negaranya dan menawarkan perlindungan kepada warga Druze di Suriah jika mereka diserang. Namun, banyak pemimpin Druze Suriah menolak tawaran tersebut.

Scroll to Top