Israel Gempur Area Dekat Istana Presiden Suriah, Eskalasi Konflik Meningkat

Jakarta, CNN Indonesia – Israel melancarkan serangan udara ke area dekat Istana Kepresidenan Suriah di Damaskus pada Jumat (2/5), di tengah meningkatnya kekerasan terhadap minoritas Druze.

Militer Israel (IDF) mengonfirmasi serangan udara tersebut, menyatakan jet tempur mereka menargetkan area dekat istana kepresidenan Suriah. Tindakan ini diambil setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengancam intervensi jika Damaskus gagal melindungi warga Druze yang menjadi sasaran kekerasan. Katz menegaskan Israel akan merespons dengan kekuatan jika seruan tersebut diabaikan.

Komunitas Druze memiliki hubungan historis dengan Israel, terutama dalam perang 1948 ketika mereka berpihak pada Yahudi. Sejak itu, tentara Druze berjuang untuk Israel dalam setiap perang Arab-Israel. Populasi Druze di Israel juga cukup signifikan, mencapai sekitar 140.000 jiwa.

Pertempuran terbaru antara pasukan keamanan Suriah dan aliansinya dengan kelompok minoritas Druze menyebabkan banyak korban jiwa. Syrian Observatory melaporkan lebih dari seratus kematian, termasuk loyalis pemerintah, anggota komunitas Druze, dan warga sipil. Insiden tragis terjadi di Sweida, di mana puluhan anggota Druze tewas.

Pemimpin Druze Sheikh Hikmat Al Hijri mengecam kekerasan tersebut sebagai "kampanye genosida yang tak bisa dibenarkan" dan menyerukan intervensi internasional untuk menjaga perdamaian.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Suriah, Assad Al Shaibani, menyerukan persatuan nasional sebagai dasar untuk stabilisasi, memperingatkan bahwa keterlibatan pihak eksternal hanya akan memperburuk situasi.

Sebelumnya, pembantaian massal juga menimpa kelompok Alawi pada Maret lalu. Pasukan keamanan Suriah dituduh membunuh ribuan warga sipil Alawi. Kekacauan di Suriah dimulai setelah milisi Hayat Tahrir Al Sham (HTS) menggulingkan presiden sebelumnya, Bashar Al Assad, pada Desember 2024. Komunitas Alawi dianggap sebagai pendukung Assad.

Sejak saat itu, Israel terus menggempur Damaskus dan menganggap pasukan keamanan Suriah sebagai kelompok ekstremis.

Scroll to Top