Pemerintah Amerika Serikat secara resmi mengumumkan penghentian perannya sebagai mediator aktif dalam perundingan damai antara Rusia dan Ukraina. Langkah ini menandai perubahan strategi AS dalam menghadapi konflik yang berkepanjangan ini.
Menurut pernyataan Departemen Luar Negeri AS, tanggung jawab untuk mencapai resolusi kini sepenuhnya berada di tangan Rusia dan Ukraina. AS tidak lagi akan terlibat dalam upaya mediasi yang intensif seperti sebelumnya, melainkan mendorong kedua negara untuk mengajukan solusi konkret.
Keputusan ini diambil setelah berbagai upaya mediasi yang difasilitasi AS, termasuk negosiasi gencatan senjata dan pembicaraan dengan pejabat Rusia di Arab Saudi, tidak membuahkan hasil yang signifikan. Presiden AS Donald Trump, yang sebelumnya optimis dapat menyelesaikan konflik dengan cepat, juga menunjukkan rasa frustrasi atas kurangnya kemajuan.
Meskipun mundur dari peran mediasi, AS menegaskan komitmennya untuk mendukung Ukraina. Kedua negara baru-baru ini menandatangani kesepakatan kerja sama mineral yang strategis, yang memungkinkan AS untuk memberikan bantuan militer, teknologi, atau pelatihan kepada Ukraina. Selain itu, Departemen Luar Negeri AS juga telah menyetujui penjualan peralatan pertahanan senilai jutaan dollar AS ke Ukraina.
Selain dukungan militer, AS juga mempersiapkan sanksi ekonomi baru terhadap Rusia. Sanksi ini menargetkan perusahaan energi milik negara seperti Gazprom, serta perusahaan-perusahaan besar di sektor sumber daya alam dan perbankan. Persetujuan akhir untuk sanksi ini masih menunggu keputusan dari Presiden Trump.
Dengan perubahan strategi ini, AS tampaknya mengalihkan fokusnya dari upaya mediasi langsung ke dukungan praktis bagi Ukraina dan tekanan ekonomi terhadap Rusia, dengan harapan dapat mendorong penyelesaian konflik yang lebih cepat dan adil.