Manuver politik terkini dengan deklarasi dukungan dari Golkar, PAN, dan PKS kepada Prabowo Subianto untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2029 dinilai sebagai indikasi kuat akan adanya perombakan kabinet dalam waktu dekat.
Dukungan ini ditafsirkan bukan sekadar wujud loyalitas, melainkan strategi pragmatis untuk mengamankan posisi di pemerintahan. Langkah ini dianggap sebagai upaya untuk menunjukkan kesetiaan dan mendapatkan prioritas dalam pembentukan kabinet mendatang.
Namun, deklarasi yang terkesan terburu-buru untuk Pilpres 2029 ini juga memunculkan spekulasi adanya persaingan di antara partai koalisi. Ada kesan bahwa partai-partai besar tersebut khawatir kehilangan kesempatan mendapatkan kursi di kabinet jika tidak bertindak cepat.
Seharusnya, dengan dihapusnya ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold), partai-partai besar seperti Golkar, PAN, dan PKS memiliki peluang lebih besar untuk mengusung kader terbaik mereka sebagai calon presiden. Fokus yang terlalu besar pada mempertahankan kursi di kabinet justru bisa membuat mereka kehilangan momentum penting menjelang Pilpres 2029.
Dukungan ini juga bisa menjadi pertanda akan adanya perubahan peta politik, termasuk kemungkinan masuknya anggota baru ke dalam koalisi. Gaya kepemimpinan Prabowo yang seringkali memberikan kejutan, membuka peluang bahwa reshuffle kabinet nanti tidak hanya sekadar pergantian menteri, tetapi juga penataan ulang konfigurasi politik. Kepastian mengenai posisi partai-partai ini di pemerintahan selanjutnya masih menjadi tanda tanya besar.