Pemilu Singapura: Ujian bagi Lawrence Wong dan Dominasi PAP

Singapura menggelar pemilihan umum yang diprediksi akan memperpanjang kekuasaan tak terputus Partai Aksi Rakyat (PAP). Pemilu ini menjadi tolok ukur dukungan publik terhadap Perdana Menteri baru, Lawrence Wong, di tengah tantangan ekonomi global.

Sorotan tertuju pada kemampuan oposisi untuk mengikis dominasi PAP, yang telah berkuasa sejak sebelum kemerdekaan Singapura tahun 1965. Pemilu ini menjadi ujian apakah oposisi mampu meraih kemajuan signifikan setelah peningkatan suara kecil namun bersejarah pada pemilu sebelumnya.

Meski PAP selalu menang telak dengan sekitar 90% kursi, perolehan suara rakyat menjadi indikator penting kekuatan mandatnya. Wong berharap dapat melampaui perolehan suara PAP sebesar 60,1% pada pemilu 2020, salah satu kinerja terburuknya.

Wong, 52 tahun, menjadi perdana menteri keempat Singapura tahun lalu, menjanjikan kesinambungan, wajah baru, dan gaya kepemimpinan yang khas. Ia menggantikan Lee Hsien Loong, putra Lee Kuan Yew, pendiri Singapura modern, setelah menjabat selama dua dekade.

Lebih dari 2,76 juta pemilih menghadapi isu biaya hidup dan ketersediaan perumahan, yang menjadi tantangan utama bagi Wong. Pemerintahannya telah memperingatkan potensi resesi akibat perang tarif AS yang dapat merugikan ekonomi Singapura yang bergantung pada perdagangan.

PAP memiliki keunggulan signifikan dalam politik Singapura, dengan keanggotaan besar, pengaruh di lembaga negara, dan sumber daya yang jauh lebih besar dari oposisi. Pemilu ini akan menjadi ajang yang tidak seimbang, dengan 46% kandidat mewakili PAP yang memperebutkan semua 97 kursi, dibandingkan dengan 26 kursi untuk Partai Pekerja, saingan terbesarnya, yang memenangkan 10 kursi pada pemilu terakhir.

Meskipun kekalahan PAP sangat tidak mungkin, analis berpendapat bahwa pemilu ini dapat mengubah dinamika politik Singapura jika oposisi membuat kemajuan lebih lanjut. Pemilih yang lebih muda menginginkan suara alternatif, pengawasan yang lebih ketat, dan perdebatan yang lebih kuat.

Seorang ilmuwan politik dari Universitas Nasional Singapura menyatakan bahwa dukungan elektoral PAP diperkirakan akan menurun secara bertahap dari pemilu ke pemilu.

PAP sendiri berupaya menghindari kejutan dan memperingatkan pemilih tentang konsekuensi hilangnya kursi bagi anggota kabinet utama, yang dinilai penting untuk menyeimbangkan hubungan AS-Tiongkok dan menavigasi ekonomi Singapura yang rentan.

Sekitar 82% pemilih yang memenuhi syarat telah memberikan suara mereka. Sebanyak 206 kandidat dari 11 partai bersaing untuk mendapatkan 92 kursi di 32 daerah pemilihan. PAP telah memiliki lima kursi setelah menang telak di Daerah Pemilihan Perwakilan Kelompok (GRC) Marine Parade-Braddell Heights.

Antrean panjang terbentuk di beberapa tempat pemungutan suara, bahkan di tengah hujan lebat. Oposisi utama, Partai Pekerja (WP), mengajukan kandidat di 26 kursi.

Scroll to Top