DENPASAR – Upaya percepatan penurunan stunting terus digenjot melalui inovasi, pemanfaatan teknologi, dan kolaborasi yang solid. Hal ini krusial demi mewujudkan generasi Indonesia yang unggul dan berkualitas.
Salah satu pilar utama dalam menciptakan SDM unggul adalah penguatan kesehatan masyarakat di tingkat desa, khususnya melalui pengendalian penyakit dan penanggulangan stunting. Stunting sendiri masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Meskipun dalam satu dekade terakhir prevalensi stunting menunjukkan tren penurunan, data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat angka 21,5%. Angka ini masih melampaui target yang ditetapkan WHO, yaitu di bawah 20%.
Dalam Lokakarya Nasional 2025 yang diselenggarakan Asosiasi Dinas Kesehatan (ADINKES) di Ungasan, Bali, diluncurkan Program Generasi Maju Bebas Stunting Award 2025, Nutrical, dan Buku Dana Desa untuk Implementasi KTR (Kawasan Tanpa Rokok).
Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Desa, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Bali, I Wayan Sumarjaya, menekankan pentingnya kehadiran desa-desa yang peduli kesehatan. Desa-desa ini diharapkan menempatkan isu kesehatan sebagai prioritas utama dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Sinergi program, sumber daya, dan pendanaan di tingkat desa akan mempermudah terwujudnya keluarga sehat dan mandiri.
Sumarjaya juga menyoroti kompleksitas tantangan kesehatan di masyarakat desa, termasuk akses terbatas ke layanan dasar, kurangnya tenaga medis, penyakit menular dan tidak menular, serta masalah gizi buruk dan stunting. Sosialisasi berbasis kearifan lokal, dukungan pemberdayaan, kolaborasi, dan prioritas penggunaan dana desa untuk layanan kesehatan dasar akan mewujudkan masyarakat yang sehat, kuat, dan sejahtera.
Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Ahmad Riza Patria, menegaskan komitmen kementeriannya dalam mendukung pengentasan stunting melalui alokasi dana desa. Perangkat desa diharapkan memberikan perhatian lebih agar dana tersebut dialokasikan secara memadai untuk menurunkan angka stunting dan berbagai penyakit lainnya.
Intervensi untuk menekan angka stunting menjadi krusial, mulai dari deteksi dini hingga pemenuhan asupan nutrisi yang tepat. Riza menekankan pentingnya asupan bergizi yang cukup bagi ibu hamil dan anak balita agar kesehatan mereka lebih baik dan anak-anak dapat belajar dengan optimal.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Samarinda, dr Rudi Agus, menyoroti pentingnya pemberian Pangan Olahan untuk Keperluan Gizi Khusus (PKGK) dalam pencegahan stunting. PKGK diformulasikan khusus untuk memenuhi kebutuhan gizi tertentu karena kondisi fisik atau fisiologis tertentu. Pemberian PKGK, termasuk PKMK (Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus) dan PDK (Pemberian Diet Khusus), sejalan dengan 11 intervensi spesifik percepatan penurunan stunting, terutama pemberian makanan tambahan protein hewani.
Ketua Umum ADINKES, M. Subuh, menjelaskan bahwa sebagai mitra pemerintah, ADINKES turut mendorong perangkat desa melakukan kontrol terhadap stunting. Lokakarya ini menjadi ajang evaluasi kinerja program pengentasan stunting dan penyakit menular, yang akan disosialisasikan dan diadvokasikan kepada perangkat desa.
Pendekatan melalui perangkat desa mendapat respon positif dari masyarakat. ADINKES terus berinovasi dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi dalam dan luar negeri, masyarakat, dan swasta. Peluncuran Program Generasi Maju Bebas Stunting Award 2025, Nutrical, dan Buku Dana Desa merupakan wujud partisipasi masyarakat yang diwakili oleh ADINKES.
Generasi Maju Bebas Stunting Award 2025 merupakan upaya berkelanjutan yang mendorong Dinas Kesehatan untuk berinovasi dalam mencegah stunting. Penghargaan ini terdiri dari tiga kategori, yaitu inovasi pengolahan pangan lokal dan PKMK; penggunaan kolaborasi lintas sektor dan teknologi informasi; serta pemberdayaan dan edukasi masyarakat untuk penggunaan ASI dan pelaksanaan rujukan berjenjang.