Moskow merespons keras pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang mengancam para pemimpin dunia yang berencana menghadiri perayaan Hari Kemenangan di Moskow. Pemerintah Rusia menyebut tindakan Zelensky sebagai ancaman "teroris tingkat internasional".
Zelensky menolak usulan gencatan senjata selama 72 jam yang diajukan Rusia untuk memperingati Hari Kemenangan, perayaan kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman pada Perang Dunia II. Penolakan ini dianggap Rusia sebagai cerminan ideologi neo-Nazi yang dianut oleh pemerintah Kyiv.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyatakan bahwa ancaman Zelensky menyingkap "esensi neo-Nazi Kyiv" dan merupakan ancaman dari teroris tingkat internasional.
Sebelumnya, Zelensky menyebut usulan gencatan senjata sebagai "produksi teatrikal" Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia juga memperingatkan para pemimpin dunia yang berminat menghadiri perayaan di Moskow.
Zakharova menegaskan bahwa pernyataan Zelensky membuktikan sifat neo-Nazi rezim Kyiv yang telah berubah menjadi sel teroris. Ia menambahkan bahwa Zelensky mengancam keselamatan para veteran yang akan menghadiri parade dan acara seremonial pada hari suci tersebut.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, juga menyampaikan pandangan serupa, menyebut usulan gencatan senjata sebagai "ujian" bagi Kyiv. Penolakan Kyiv dinilai menunjukkan bahwa neo-Nazisme adalah dasar ideologis rezim Kyiv saat ini.
Putin sebelumnya mengumumkan gencatan senjata sepihak selama 72 jam mulai 7 Mei hingga 10 Mei dan mendesak Kyiv untuk ikut bergabung.
Pada bulan Maret, Rusia dan Ukraina sempat menyetujui gencatan senjata parsial selama 30 hari yang ditengahi oleh Amerika Serikat dengan fokus pada penghentian serangan terhadap infrastruktur energi. Namun, kedua belah pihak saling menuduh telah melanggar kesepakatan tersebut.