PT Fore Kopi Indonesia Tbk secara resmi memulai perdagangan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari Senin, 14 April 2025. Harga penawaran saham perdana (IPO) ditetapkan pada angka Rp 188 per lembar.
Perusahaan kopi ini menawarkan sebanyak 1,88 miliar lembar saham kepada publik, mewakili 21,08 persen dari total modal yang ditempatkan dan disetor penuh. Dari aksi korporasi ini, Fore Coffee berpotensi meraih dana segar sebesar Rp 353,44 miliar.
Antusiasme investor terhadap IPO Fore Coffee sangat tinggi, terbukti dengan oversubscribe hingga 200,63 kali. Tercatat sebanyak 114.873 investor berpartisipasi dalam penawaran umum ini, berdasarkan data dari sistem e-IPO per 10 April 2025.
Willson Cuaca, Komisaris Utama Fore Coffee yang juga merupakan Co-Founder dan Managing Partner East Ventures, mengungkapkan bahwa respons positif dari investor ritel menunjukkan kekuatan produk lokal yang mampu bersaing di tengah fluktuasi pasar modal.
Sebagian besar dana yang diperoleh dari IPO, yakni sekitar 76 persen, akan dialokasikan untuk memperluas jaringan gerai Fore Coffee di seluruh Indonesia.
Vico Lomar, CEO Fore Coffee, menjelaskan bahwa perusahaan menargetkan untuk membuka 72 gerai baru sepanjang tahun 2025. Rencana ambisius ini akan dilanjutkan dengan penambahan 140 gerai lagi pada tahun berikutnya. Ekspansi akan menyasar wilayah-wilayah baru seperti Ambon, Aceh, dan kota-kota lain yang belum terjangkau.
Biaya pembangunan setiap gerai diperkirakan berkisar antara Rp 1,3 miliar hingga Rp 2 miliar, tergantung pada ukuran dan konsep gerai. Dana dari IPO diyakini cukup untuk membiayai rencana ekspansi hingga mencapai 140 gerai baru.
Saat ini, Fore Coffee telah memiliki 232 gerai yang tersebar di berbagai lokasi. Sekitar 10 persen dari jumlah tersebut merupakan gerai besar atau flagship, sementara sisanya merupakan gerai dengan ukuran menengah.
Selain ekspansi gerai, Fore Coffee juga menargetkan pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 40-50 persen pada tahun 2025.
Hingga September 2024, penjualan bersih Fore Coffee mencapai Rp 727 miliar, melonjak 135 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 309 miliar. Laba kotor juga mengalami peningkatan signifikan, naik 128 persen dari Rp 195 miliar menjadi Rp 447 miliar per September 2024.