Kabar duka menghampiri para pecinta produk penyimpanan makanan, Tupperware. Setelah 33 tahun menemani dapur Indonesia, perusahaan ikonik ini resmi menghentikan operasinya di Tanah Air per 31 Januari 2025. Penutupan ini menjadi bagian dari strategi global perusahaan yang sempat terancam bangkrut. Meskipun sempat diselamatkan melalui restrukturisasi utang di Amerika Serikat, langkah ini tak mampu mempertahankan eksistensi Tupperware di Indonesia.
Kepergian Tupperware menambah daftar panjang perusahaan besar yang harus menyerah pada kerasnya persaingan bisnis di Indonesia. Berikut beberapa nama besar yang mengalami nasib serupa:
1. Revlon: Raksasa Kosmetik yang Tumbang
Pada Juni 2022, Revlon, perusahaan kosmetik ternama, mengajukan perlindungan kebangkrutan di Amerika Serikat akibat beban utang dan masalah rantai pasokan. Padahal, Revlon pernah menjadi penguasa industri kecantikan global.
2. Giant: Diskon Murah yang Tinggal Kenangan
Jaringan hypermarket Giant mulai meredup sejak 2015. Penutupan gerai demi gerai menjadi bukti penurunan performa akibat lesunya daya beli masyarakat. Hingga akhirnya, satu per satu gerai Giant menghilang dari peta ritel Indonesia.
3. Kodak: Sang Perintis yang Kehilangan Momentum
Kodak, pionir industri fotografi, harus mengakui keunggulan era digital. Perusahaan yang berdiri sejak 1892 ini dinyatakan pailit pada 2012 karena gagal beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
4. Nyonya Meneer: Legenda Jamu yang Tak Berdaya
PT Nyonya Meneer, produsen jamu tradisional legendaris, juga harus mengakhiri perjalanannya akibat masalah operasional dan utang yang menumpuk. Aset perusahaan pun terpaksa dijual untuk melunasi kewajiban.
5. JD.ID: E-Commerce yang Gagal Bersaing
JD.ID, platform e-commerce yang sempat meramaikan pasar Indonesia, menutup layanannya pada 31 Maret 2023. Persaingan ketat di industri e-commerce menjadi tantangan berat yang tak mampu diatasi JD.ID.
6. Sritex: Raksasa Tekstil yang Terjerat Utang
PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), salah satu produsen tekstil terbesar di Asia Tenggara, dinyatakan pailit dan menutup operasionalnya pada 1 Maret 2025. Perusahaan yang dulunya meraup laba besar ini terjerat utang dan mengalami kerugian besar.
Kisah-kisah perusahaan raksasa ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya inovasi, adaptasi, dan pengelolaan keuangan yang baik agar mampu bertahan di tengah dinamika bisnis yang terus berubah.