Jakarta – Ketegangan kembali meningkat di wilayah Gaza. Israel dilaporkan berencana melancarkan serangan besar-besaran dengan mengerahkan sekitar 10 ribu pasukan cadangan. Langkah ini diambil menyusul kemarahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terhadap Qatar.
Menurut laporan media Israel, perintah mobilisasi pasukan cadangan telah dikeluarkan untuk menggantikan tentara aktif dan wajib militer di Israel dan Tepi Barat. Hal ini memungkinkan pengerahan pasukan lebih besar ke Gaza. Meski juru bicara militer Israel enggan memberikan konfirmasi, sumber AFP mengonfirmasi adanya perintah mobilisasi tersebut.
Kabinet keamanan Israel dijadwalkan menggelar rapat untuk membahas dan menyetujui rencana perluasan serangan militer di Gaza. Eskalasi ini merupakan kelanjutan operasi yang dimulai pada 18 Maret 2025, setelah jeda gencatan senjata selama dua bulan.
Upaya mediasi gencatan senjata yang diinisiasi oleh Qatar, dengan dukungan Amerika Serikat dan Mesir, mengalami kebuntuan dalam beberapa pekan terakhir. Netanyahu menuding Qatar bersikap ambigu dan menuntut kejelasan posisi, apakah berpihak pada peradaban atau mendukung Hamas.
Netanyahu menghadapi tekanan dari kelompok sayap kanan garis keras yang berpotensi mengancam stabilitas koalisi pemerintahannya. Dirinya menegaskan Israel akan memenangkan perang ini secara adil.
Menanggapi tudingan Netanyahu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar mengecam komentar tersebut sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab secara politik dan moral.
Selain eskalasi militer, Israel juga telah memblokir seluruh bantuan kemanusiaan ke Gaza sejak 2 Maret, yang memicu peringatan dari PBB mengenai potensi bencana kemanusiaan.