Ekonomi Indonesia Kuartal I-2025: Tertekan Ketidakpastian Global dan Domestik

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 diperkirakan melambat, di bawah angka 5%. Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini (5 Mei 2025) akan merilis data resmi, namun konsensus pasar menunjukkan angka 4,94% (yoy) dengan kontraksi 0,9% (qtq).

Analis memprediksi pelemahan ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari ketidakpastian kebijakan perdagangan global yang dipicu oleh Presiden AS Donald Trump, hingga tantangan di dalam negeri.

Konsumsi Rumah Tangga Melemah

Konsumsi rumah tangga, pendorong utama ekonomi, diperkirakan hanya tumbuh 4,9%. Masyarakat cenderung menahan belanja dan memilih menabung. Hal ini tercermin dari meningkatnya Dana Pihak Ketiga (DPK) jenis tabungan perorangan selama bulan Ramadan, sebuah fenomena yang tidak biasa.

Belanja Pemerintah dan Investasi Melambat

Belanja pemerintah diproyeksikan menurun menjadi 3,3% (yoy), dibandingkan 4,3% pada kuartal sebelumnya. Penyesuaian kebijakan dan lambatnya pencairan di awal tahun menjadi penyebabnya. Hal ini berdampak pada investasi, yang diperkirakan hanya tumbuh 1,7% (yoy), turun dari 4,9% pada kuartal sebelumnya. Tertundanya pencairan fiskal, terutama untuk proyek infrastruktur, memperlambat pembentukan modal.

Sektor Manufaktur Terkontraksi

Aktivitas manufaktur mengalami kontraksi pada April 2025. Purchasing Managers’ Index (PMI) berada di level 46,7, menandakan kontraksi pertama sejak November 2024. Ini merupakan kinerja terburuk sejak Agustus 2021. Perang dagang global disebut sebagai penyebab utama, mengganggu optimisme pelaku usaha.

PHK Meluas ke Sektor Perhotelan

Setelah industri tekstil, sektor perhotelan juga menghadapi badai PHK. Kebijakan efisiensi pemerintah mengurangi kontribusi pemerintah pada sektor ini, mengakibatkan penurunan penyerapan tenaga kerja harian dan PHK, terutama pada hotel yang mengandalkan kegiatan MICE.

Indikator Lain yang Mengkhawatirkan

  • Deflasi: Indonesia mengalami deflasi pada Januari dan Februari 2025, sebuah fenomena langka menjelang Ramadan.
  • Penjualan Mobil Lesu: Penjualan mobil nasional kembali tertekan setelah sempat meningkat di bulan Februari. Penurunan ini mencerminkan tekanan dari pelemahan ekonomi makro dan kehati-hatian konsumen.
Scroll to Top