Chikungunya Mengintai Ponorogo Pasca Lebaran, Permintaan Obat Nyeri Meningkat

Usai perayaan Idulfitri 1446 H, warga Ponorogo diresahkan dengan dugaan peningkatan kasus chikungunya. Hal ini tercermin dari meningkatnya permintaan obat-obatan pereda gejala penyakit tersebut di apotek-apotek.

Seorang pemilik apotek di Ponorogo mengungkapkan, lonjakan pasien yang mencari obat untuk mengatasi gejala chikungunya, seperti nyeri sendi dan demam, cukup signifikan.

Perlu dipahami, tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan chikungunya, demam berdarah, maupun influenza. Penyakit-penyakit ini disebabkan oleh virus, dan pengobatan berfokus pada meringankan gejala yang muncul. Obat-obatan yang tersedia hanya berfungsi untuk meredakan nyeri sendi, peradangan, atau demam tinggi.

Sebenarnya, chikungunya dapat sembuh dengan sendirinya seiring dengan meningkatnya kekebalan tubuh. Namun, karena gejala yang ditimbulkan cukup mengganggu, banyak orang mencari pereda nyeri atau obat untuk mengatasi hidung tersumbat, batuk, dan bersin.

Sayangnya, masih banyak masyarakat yang keliru menganggap obat-obatan tersebut dapat menyembuhkan penyakit akibat virus. Hilangnya gejala setelah mengonsumsi obat nyeri seringkali disalahartikan sebagai kesembuhan. Padahal, obat tersebut hanya meredakan sementara.

Setelah Lebaran, permintaan obat nyeri dan anti radang dilaporkan meningkat sekitar 10–15 persen. Meski demikian, masyarakat diimbau untuk tidak mengonsumsi obat-obatan tersebut secara berlebihan dan dalam jangka panjang. Konsumsilah hanya saat gejala terasa, dan hentikan penggunaan jika kondisi sudah membaik. Penggunaan yang berkepanjangan dapat berdampak negatif pada kesehatan lambung.

Scroll to Top