Sebuah serangan udara menghantam sebuah rumah sakit di Kota Gaza pada hari Minggu (13/4), merusak fasilitas kesehatan yang masih beroperasi di tengah konflik yang berkecamuk. Serangan ini terjadi saat militer Israel meningkatkan operasi mereka di seluruh wilayah tersebut.
Meskipun tidak ada korban jiwa langsung dari serangan tersebut, seorang anak dengan cedera kepala meninggal dunia saat proses evakuasi pasien yang terburu-buru. Rumah sakit Baptis Al-Ahli, yang dikelola oleh gereja Anglikan di Yerusalem, hanya menerima peringatan 20 menit sebelum serangan, memaksa mereka untuk mengevakuasi pasien ke jalanan.
Kerusakan parah terjadi pada beberapa bagian rumah sakit, termasuk ruang gawat darurat dan area penerimaan. Gereja St Philip yang berdekatan juga mengalami kerusakan akibat serangan tersebut.
Militer Israel mengklaim bahwa mereka menargetkan "pusat komando dan kontrol yang digunakan oleh Hamas," namun tidak memberikan bukti pendukung. Mereka juga menyatakan bahwa langkah-langkah telah diambil untuk meminimalisir kerugian pada warga sipil. Hamas membantah tuduhan bahwa rumah sakit digunakan untuk tujuan militer.
Operasi darat Israel telah meluas ke Gaza, menciptakan zona penyangga yang luas dan mendorong ratusan ribu warga sipil ke wilayah yang semakin kecil di sepanjang pantai Mediterania. Di selatan, militer Israel mengumumkan perebutan koridor Morag, memisahkan Rafah dari wilayah Gaza lainnya.
Menteri Pertahanan Israel menyatakan bahwa tujuan utama dari operasi ini adalah untuk menekan Hamas agar kembali ke perundingan pembebasan sandera.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, sekitar 400.000 orang telah diperintahkan untuk mengungsi dalam tiga minggu terakhir, dengan rumah sakit sering dijadikan tempat perlindungan selama konflik.
Seorang pasien di rumah sakit Baptis Al-Ahli menggambarkan situasi mencekam saat serangan terjadi. "Kami menduga kami semua akan meninggal di dalam rumah sakit," katanya.
Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan bahwa rumah sakit tersebut ditutup sementara dan mengarahkan pasien ke tiga rumah sakit lainnya.
Keuskupan Yerusalem mengutuk serangan tersebut, menyatakan bahwa selain kerusakan pada unit gawat darurat, laboratorium genetika juga hancur. Ini adalah serangan kelima yang menimpa rumah sakit tersebut sejak Oktober 2023.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa apotek rumah sakit juga hancur dan tidak dapat beroperasi. Akibatnya, 50 pasien harus dipindahkan ke rumah sakit lain, sementara 40 pasien kritis tidak dapat dipindahkan. Direktur Rumah Sakit Fadel Naim mengatakan bahwa anak yang meninggal saat evakuasi disebabkan oleh kekurangan oksigen dan kedinginan yang parah.
WHO juga menyatakan bahwa dua misi ke Al-Ahli dan rumah sakit Indonesia telah ditolak oleh otoritas Israel, sementara fasilitas kesehatan di Gaza menghadapi kekurangan obat-obatan dan peralatan. Mereka menekankan bahwa rumah sakit di Gaza sangat membutuhkan bantuan, namun akses kemanusiaan yang menyusut menghalangi kemampuan WHO untuk memberikan bantuan dan perawatan yang menyelamatkan nyawa.